TOWARDS THE ESTABLISHMENT OF MU (MANDAILING UNIVERSITY)
KISI-KISI KONTEN JURNAL ILMIAH UM (UNIVERSITAS MANDAILING)
TABLE OF SPECIFICATIONS OF THE SCIENTIFIC JOURNAL OF MU (MANDAILING UNIVERSITY)
JBAR MGB SM
(JURNAL BULANAN ANALISIS RISET MIKRON GEN BIOLOGIS SEPANJANG MASA)
THE MONTHLY JOURNAL OF RESEARCH ANALYSIS OF BIOLOGIC GEN MICRON OF ALL TIME
PENGANTAR
JBAR (JURNAL BULANAN
ANALISIS RISET)
NOMOR : 0046/OKTOBER/2013
oleh :
Agussalim, ST bin Abdur Rahim Nasution
[Pendiri dan Ketua Umum MPP(G) YMR, Majelis
Pimpinan Pusat (Global)
Yayasan Mandailing
Raya]
OF THE MONTHLY JOURNAL RESEARCH ANALYSIS
NUMBER
: 0046/OCTOBER/2013
by :
Agussalim, ST bin Abdur Rahim Nasution
[Founder and General Chairman of The Central
(Global) Leadership Assembly of The Great
Mandailing Foundation]
MEMBANGUN KEMBALI SUMATERA UTARA
Sumatera
Utara perlu dibangun kembali secara objektif dan terus-menerus sebagai salah
satu upaya yang dilakukan untuk mengefektifkan kinerja potensial yang terdapat
pada internal-nya, yang berupa
pembangunan secara material dan
moril. Bila dibandingkan kepada kaidah-kaidah yang ada di depan, secara mutlak.
Apalagi saat ini saya berupaya membangun massa itu berdasarkan kepada beberapa
acuan bahwa ide-ide kita tentang pembangunan di Sumatera Utara adalah untuk
membangun kembali nasionalisme yang terdapat dalam NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia).
Dasar-dasar yang ada telah jelas bahwa kita
berupaya melakukan akumulasi yang ada untuk merealitaskan ide-ide kita dalam internal Sumatera Utara. Dengan demikian
pembangunan kembali Sumatera Utara harus didasarkan kepada sistematika yang ada
sebelumnya, bahwa dasar-dasar pembangunan itu adalah sebagai wujud manifestasi
dari jiwa moril untuk materialisme ke depan.
Pembangunan
nasionalisme di Indonesia harus didasarkan kepada salah satunya pembangunan di
Sumatera Utara. Dalam hal ini kita telah melihat pada pembangunan yang telah
dilakukan pada salah satu kawasan membawa dampak yang positif bagi pembangunan
ke depan, di mana salah satunya yaitu pembangunan yang dilakukan di Sumatera
Utara. Tahapan prioritas pembangunan yang dilakukan tersebut yaitu pembangunan
untuk memperlancar produktivitas kinerja yang ada di Sumatera Utara yaitu
individu-individu yang terdapat di dalamnya. Yaitu pembangunan jalan
transportasi, jalan raya yang terdapat di lintas barat, lintas tengah, dan
lintas timur dari Lintas Sumatera yang ada di Sumatera Utara.
Kemudian
diakui lagi, yaitu pembangunan bagi kawasan-kawasan produktif ekonomi dengan
merealitaskan program-program yang dianggarkan melalui APBD
(Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) untuk selanjutnya diefektifkan di kawasan
pelosok-pelosok yang ada di Sumatera Utara di desa, di dusun, dan di
kawasan-kawasan tertinggal lainnya. Dalam hal ini, kita telah melihat pemahaman
dari kinerja dari operator
pembangunan di Sumatera Utara ditujukan untuk pembangunan kawasan yang secara
kolektif dan terarah untuk akumulasi pembangunan seutuhnya seluruh agenda yang telah dibuat secara jangka
panjang, jangka menengah, dan jangka pendek oleh pelaku pemerintahan yang ada
di Sumatera Utara sebelumnya, oleh para gubernur dan para bupati dan walikota
sebelumnya.
Sebagai
contoh pembangunan di Kabupaten Mandailing Natal harus efektif dan konsisten
dengan isu-isu kesejahteraan khalayak masyarakat Kabupaten Mandailing Natal
sendiri untuk mensejahterakan khalayak masyarakat Sumatera Utara, bisakah ?.
Sebagai jawabnya, bisa. Yaitu dengan melakukan pendekatan-pendekatan (approaches) secara rinci dan terarah
guna membangun instansi yang popular dengan isu pebangunan Kabupaten Mandailing
Natal untuk proyek percontohan (pilot
project) bagi kabupaten-kabupaten dan kota-kota lainnya di Sumatera Utara
untuk proyek percontohan bagi kabupaten-kabupaten dan kota-kota lainnya di
seluruh Nusantara.
Pembangunan
di Kabupaten Mandailing Natal dapat diklasifikasikan pada 3 (tiga) jalur utama
yaitu pertanian, perkebunan, dan perdagangan dengan mengoptimalkan sepenuhnya
fungsi jalan raya yang terbentang di Kabupaten Mandailing Natal yaitu jalan
raya negara, jalan raya kabupaten, jalan kecamatan, jalan desa dan jalan
kelurahan, dan lorong-lorong yang ada di Sumatera Utara. Bagian-bagian ini
adalah positif bagi kelanjutan pembangunan yang ditujukan untuk kesejahteraan
khalayak masyarakat Sumatera Utara secara keseluruhan (overall).
Improvisasi
pembangunan yang dilakukan di jalur pertanian diupayakan concern denga isu pembangunan yang dilakukan secara simultan dan
terarah guna mendukung pembangunan di jalur perkebunan dan perdagangan.
Optimalisasi pembangunan pertanian di Sumatera Utara berupa implementasi
pembangunan pertanian yang disesuaikan dengan kondisi ‘bumi’ yang ada di
Kabupaten Mandailing Natal, perlu diketahui bahwa pola cocok tanam di Sumatera
Utara adalah berbentuk tangga-tangga di lereng (quarry) pegunungan yang tersistematis dan beralur secara
terus-menerus.
Pembangunan
di bidang pertanian ini diharapkan mendapat dukungan sepenuhnya dari kalangan
akademisi FP Unsri (Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya) di Sumatera
Selatan, FP USU (Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara), IPB (Institut
Pertanian Bogor), dan beberapa Perguruan Tinggi lainnya yang ada di beberapa
tempat yang mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap kondisi intensif bagi
pengembangan kemajuan pertanian di Kabupaten Mandailing Natal, kalangan
akademisi yang dimaksudkan itu yaitu HPT (Hama Penyakit Tumbuhan), BDP (Budi Daya
Pertanian), SEP (Sosial Ekonomi Pertanian), Tekper (Teknik Pertanian), dan
lainnya. Juga termasuk di dalamnya lembaga-lembaga penelitian ilmiah,
dinas-dinas, badan-badan, dan kelompok-kelompok pertanian dalam upaya
menciptakan pertanian di Kabupaten Mandailing Natal untuk mencapai swasembada
pangan melalui swasembada beras.
Sedemikian
pula di bidang perkebunan yang dapat disamakan dengan jalur pertanian, di mana
pembangunan kondusif jalur perkebunan membutuhkan penanganan yang serius dari
Kementerian Kehutanan, sebab di Kabupaten Mandailing Natal sendiri pola tanam
di lahan perkebunan yang ada berupa pola tanam jangka panjang, pola tanam
jangka menengah, dan pola tanam jangka pendek. Pola tanam jangka panjang ini
meliputi penanaman kulit manis, karet, kelapa, durian, rambutan, langsat, kopi,
cengkeh, manggis, dan buah-buahan lainnya. Pola tanam jangka menengah meliputi penanaman
papaya dan lainnya. Untuk pola tanam jangka pendek beragam (variatif) termasuk
di dalamnya tembakau, ubi kayu, jagung, terutama padi dan lainnya.
Jalur
perdagangan yang dimaksudkan dalam jurnal ini adalah bagian ilir dari paket
utuh-menyeluruh (inherent) dari
pertanian, perkebunan, dan perdagangan yang dinamakan dengan mata pencaharian
utama khalayak masyarakat Kabupaten Mandailing Natal. Kabupaten Mandailing
Natal yang beribu kota Panyabungan adalah pusat interaksi penjual (produsen)
dan pembeli (konsumen). Untuk itu pembangunan di Kabupaten Mandailing Natal
diklasifikasikan pada pembangunan primer dan pembangunan sekunder, di mana
pembangunan primer itu sendiri yaitu pembangunan di bidang mata pencaharian
khalayak masyarakat Kabupaten Mandailing Natal yang meliputi jalur pertanian,
perkebunan, dan perdagangan.
Sedangkan
pembangunan di bidang sekunder itu sendiri adalah pendidikan, budaya, olahraga,
dan kesenian, sedangkan kesehatan adalah awal dari seluruh pembangunan yang
dilakukan kepada khalayak masyarakat Kabupaten Mandailing Natal secara efektif
dan kondusif.
Kesehatan
sebagai awal dari seluruh pembangunan di Kabupaten Mandailing Natal.
Pada dasarnya
modal utama untuk bergerak adalah
kesehatan, dengan kesehatan yang memungkinkan, maka kinerja dapat dilakukan
dengan sempurna. Adalah mustahil melakukan kinerja dengan dalam merealitaskan program-program yang ada dengan melakukan optimalisasi terhadap kinerja
yang dilakukan secara riil dan objektif melalui prioritas terhadap kesehatan.
Kesehatan itu antara lain meliputi kesehatan bayi, kesehatan balita (bawah lima
tahun), kesehatan anak-anak, kesehatan ibu-ibu, kesehatan lansia (lanjut usia),
dan kesehatan orang dewasa.
Untuk itu
dibutuhkan pengefektivan terhadap kondisi anak-anak dan ibu sebagai prioritas.
Langkah termurah untuk mengefektifkan kesehatan ini dilakukan melalui proses
sanitasi yang optimal terhadap
lingkungan sekitar, seperti penyehatan lingkungan (envirionmental sanitation)
yang efektif bagi kelangsungan hidup yang bersih jauh dari polusi udara, polusi
air, dan polusi tanah. Relevansinya sendiri berupa perlakuan kepada alam secara
adil demi kelanjutan sistematika proses pemberdayaan SDM (Sumber Daya Manusia)
dan SDA (Sumber Daya Alam). Pembangunan dapat berjalan dengan baik apabila ada
kemauan yang tinggi untuk hidup secara sehat.
Di lain pihak
penyesuaian kesehatan terhadap jalur pertanian, perkebunan, dan perdagangan yang
dimaksudkan di Sumatera Utara adalah bagian kolektif dari upaya-upaya yang
dilakukan di Kabupaten Mandailing Natal sebagai proyek percontohan (pilot project) bagi seluruh akumulasi
pembangunan di setiap kabupaten yang ada di seluruh Nusantara. Faktor-faktor
ini adalah positif bagi objektivitas kita dalam membangun khalayak masyarakat
Sumatera Utara secara kolektif dan berkelanjutan. Dalam hal ini, perlu
diupayakan pembangunan sistematika yang mengacu kepada relevansi utuh
menyeluruh bagi kelanjutan sistematika yang ada di Indonesia yang dimulai dari
awal hingga akhir.
Formulasinya
sendiri berupa jembatan pembangunan objektif terhadap metoda-metoda yang ada
untuk realitas ke depan dengan memberdayakan seutuhnya potensi lingkungan
seperti hutan, air, dan tanah dengan melakukan efektivitas kinerja,
terhadapnya. Dengan demikian muncul efektivitas terhadap lingkungan sekitar
dari interaksi alam dan lingkungannya secara efektif dan sinkron, terutama
dalam upaya melakukan pemahaman yang bermartabat atas lingkungan yang ada,
sehingga menimbulkan efek-efek ganda (multiplier
effects) yang tiada terhingga bagi lingkungan dan khalayak masyarakat di
Kabupaten Mandailing Natal.
Abstraksi
metodologi yang terdapat di dalamnya, hendaknya dihilangkan tanpa mengenal
batas-batas toleransi ketika ini menjadi pilihan bagi khalayak masyarakat yang
ada di Kabupaten Mandailing Natal, dan mereka dapat disebut sebagai oposisi
bagi pembangunan yang sedang dipraktekkan di wilayah Kabupaten Mandailing
Natal. Untuk itu perlu dibuat penataan kepada kondisi realistis di Kabupaten
Mandailing Natal dengan mengamankan program-program yang telah dibuat sebelumnya
secara simultan dan terus-menerus yaitu mengamankan individu-individu yang
kontra terhadap pembangunan yang dilaksanakan di Sumatera Utara dalam hal
secara contoh (sample) di Kabupaten
Mandailing Natal. Dengan demikian, Kabupaten Mandailing Natal mempunyai satu
konsep (one of concept) dengan
penjelasan dan tafsiran-tafsiran yang terdapat padanya. Kritik dan penafsiran
lain boleh beda, namun tetap diupayakan jalur yang positif bagi kelanjutan
sistem yang digunakan untuk arah ke depan berupa pemahaman yang sama terhadap
pola pembangunan yang dilaksanakan di Sumatera Utara melalui pembangunan yang
dilaksanakan di Kabupaten Mandailing Natal.
Sudah
disebutkan kembali dalam beberapa seminar dan konferensi yang dilakukan oleh
beberapa pihak yang berhubungan secara langsung terhadap metoda yang digunakan
untuk kaidah-kaidah berupa pembangunan yang dilaksanakan di Sumatera Utara
adalah menjadi pelengkap bagi pembangunan di seluruh provinsi yang ada di
Nusantara. Tidak dapat diragukan lagi bahwa pembangunan yang dilaksanakan di
Kabupaten Mandailing Natal adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
pembangunan yang dilaksanakan secara nasional.
Tidak dapat
diragukan lagi bahwa kita kosnsiten terhadap program-program yang
telah kita buat, kita rencanakan, dan kita akumulasikan sebelumnya, bahkan kita
menempatkan komitmen kita di atas segalanya terhadap metoda pembangunan yang
dilaksanakan di Sumatera Utara. Dapat dipastikan bahwa pembangunan yang
dilaksanakan di Kabupaten Mandailing Natal adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari pembangunan yang dilaksanakan secara nasional. Argumentasinya ini
diperkuat oleh sistematika metodologis mikro dan metodologis makro dalam
tinjauan ke depan dengan mengefektifkan sistem bangunan yang dibuat dalam
bentuk satu konsep (one of concept).
Realistisasi
pembangunan di Mandailing Natal adalah bangunan yang digunakan untuk
mengefektifkan kinerja yang dibuat dalam bentuk metodologi dan sistematika yang
objektif dengan membangun dasar-dasar yang relevan bagi pembangunan yang
dilaksanakan ke depan, bagi masa depan khalayak masyarakat Kabupaten Mandailing
Natal sendiri untuk Sumatera Utara untuk nasional. Relevansi dari tata
akumulasi terhadap pengejawantahan inisiasi bagi realistisasi ke arah
kesejahteraan sebagai bagian yang tidak terpisahkan (inherent) dari sistem neraca program
yang direncanakan (design program plan).
Sudah
sepatutnya dan sudah sewajarnya apabila pembangunan di Sumatera Utara adalah
jalur program pembangunan yang
dilaksanakan secara akomodatif dan terarah untuk melakukan sinergitas kepada
jalur pertanian, jalur perkebunan, dan jalur perdagangan dalam wujud eksistensi
sepenuhnya kepada formulasi utuh bahwa faktor-faktor lain dijadikan tulang
punggung basis dalam merealitaskan ide-ide yang telah dibuat sebelumnya.
Basis massa
riil yang ada di Kabupaten Mandailing Natal selayaknya bukan diarahkan untuk
mendukung program-program yang tidak membela kepentingan
khalayak masyarakat Kabupaten Mandailing Natal tidak dapat melepaskan diri dari
tuntutan-tuntutan kewajiban yang dipundakkan kepadanya. Dalam hal ini kita
telah melihat eksistensi khalayak masyarakat Kabupaten Mandailing Natal adalah
bagian utama dalam konsep ide-ide ke depan untuk membangun kesejahteraan dan
martabat yang lebih baik.
Untuk itu
perlakuan kepada sistem perencanaan adalah salah satu faktor yang menjadi
tulang punggung basis bagi kesejahteraan dan
khalayak masyarakat Kabupaten Mandailing Natal sendiri. Berbuat terhadap
pembangunan di Kabupaten Mandailing Natal berarti melakukan perdebatan di awal
perencanaan bukan pada saat pembangunan itu sendiri sedang berjalan (dilaksanakan).
Lagi pula proses pembangunan yang dilaksanakan harus mengacu kepada pembentukan
fungsi objektif dari kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat, sebelumnya.
Salah satu
faktor lagi yaitu komitmen kita yang kuat untuk melakukan pembangunan yang merupakan
kesepakatan kita secara bersama-sama untuk arah ke depan. Lagi pula
pemberdayaan sistematika ini digunakan dalam upaya merealitaskan ide-ide program kita dalam mengintegralkan diri
kepada dalil-dalil yang ada dengan seluruh kandungan jiwa yang terdapat di
dalamnya.
Membangun
Kabupaten Mandailing Natal sebagai upaya membangun Sumatera Utara untuk
pembangunan khalayak masyarakat Nusantara secara umum. Merealitaskan ide-ide
yang ada dalam pikiran kita kepada upaya membangun kesejahteraan khalayak
masyarakat Kabupaten Mandailing Natal dimulai dengan pembangunan di bidang
kesehatan untuk pengembangan produktivitas kinerja dalam upaya peningkatan
vitalitas mutu pertanian, perkebunan, dan perdagangan ke depan dengan tetap
melakukan peranan yang tinggi bagi kesejahteraan khalayak masyarakat di
Kabupaten Mandailing Natal.
Beberapa era
yang lampau kita telah melihat para pemimpin muda yang lahir dari kematangan berorganisasi
seperti Sutan Syahrir yang pada tahun 1945 setelah Indonesia dimerdekakan oleh
Ir. Sukarno dan Drs. Mohammad Hatta pada akhirnya menjadi Perdana Menteri
termuda di dunia. Sesungguhnya kita juga membutuhkan pemimpin muda di Sumatera
Utara sebagai upaya yang tidak bisa dipisahkan dari pendekatan kita kepada
analogi yang relevan dengan pernyataan kita bahwa pemimpin-pemimpin muda di
birokrasi yang memiliki profesionalisme dan potensial dapat disamakan terhadap
para pemimpin yang lebih awal.
Dengan
demikian sudah seajarnya apabila kita melakukan pembenahan terhadap sistematika
yang kita anut untuk menjadi pelengkap terhadap norma-norma di depan kita,
bahwa kita juga berhak melakukan pemungsian atas azas potensial dari pola pikir
kaum muda. Lagi pula saat ini kita memerlukan pendekatan-pendekatan analogi yang
implementatif yang bermuara kepada keyakinan kita bahwa saat ini telah banyak
kaum muda yang memiliki andil penting bagi pembangunan di Sumatera Utara saat
ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu
kepada seluruh khalayak masyarakat Sumatera Utara untuk melihat secara jeli
kepada kaum muda professional yang basis potensinya adalah kepemimpinan (leadership) dan teknokrat sebagai
teknisi atau ilmuwan muda. Pemetaan fungsional dalam alur sahih dan logis
adalah jembatan kekuatan kita dalam mengembangkan kekuatan (power) yang eksis yang terkristal
konsekuensi logis menejemen professional dari seorang figur muda.
Pemilihan
kita kepada figur muda dalam upaya memberikan hakikat kejelasan terhadap masa
depan Sumatera Utara yang lebih bermartabat adalah konsekuensi logis dari nalar
pikir kita bahwa perlakuan terhadap tata akumulatif terhadap potensi adalah
prioritas di luar pengalaman (experience)
dan psikologis. Kaum muda tergolong idealis bila diparameterkan kepada
fungsional yang terdapat di luar tatanan kehidupan yang diharapkan lebih
bermartabat dan memiliki andil yang sedemikian besar terhadap proses
pemberlakuan pembangunan di Sumatera Utara.
Tidak dapat
dikategorikan secara statistika bahwa pemuda adalah kaum emosional, pendekatan
yang seperti ini adalah pendekatan yang salah. Bahkan bila diurutkan pendekatan
seperti ini adalah pola pikir ‘sesat menyesatkan’, mengapa demikian ?. Sebab,
banyak pemuda atau kaum muda yang lebih dini yang lebih dewasa dari kaum yang
lebih awal alias kaum tua yang masih ‘kekanak-kanakan’. Akibatnya adalah
tinjauan ‘vonis’ bahwa kaum muda emosional adalah tendensius. Dengan tegas
diargumentasikan kembali bahwa pola berpikir ini adalah salah, ‘vonis’ pemuda atau
kaum muda adalah emosional.
Untuk itu
kita tidak dapat memutuskan secara sepihak bahwa kaum muda tidak dapat tampil
sebagai pelaku terhadap pendekatan-pendekatan yang berbasiskan kepada kajian
yang tidak absolut, seolah-olah ada indikasi yang jelas bahwa bagian ini
dijadikan senjata untuk menghancurkan sistem yang digunakan oleh kaum muda
dalam beraktivitas untuk membangun kesejahteraan bagi kahalayak masyarakat
Sumatera Utara itu sendiri.
Di lain pihak
perlu diupayakan pendekatan-pendekatan ‘penyadaran’ kepada khalayak masyarakat
Sumatera Utara secara keseluruhan (overall)
bahwa khalayak masyarakat Sumatera Utara memahami kaum muda sebagai potensi
yang tidak dapat dipandang sebelah mata dalam melakukan alur yang positif bagi
kelanjutan sistematika yang digunakan untuk menatakan pergulatan kompetitif
dalam mendominasi opini khalayak masyarakat Sumatera Utara dengan daya jual
tinggi terhadap peraturan-peraturan yang digunakan untuk menghancurkan
‘kesombongan’ dan ‘keangkuhan’ yang didasarkan kepada potensi diri.
Ide-ide ini
adalah bagian yang digunakan untuk membangun harkat dan martabat bangsa yang
ditujukan untuk melakukan peluruhan diri kepada jiwa yang digunakan untuk
mengambil hak-hak kita dengan menghancurkan sistem yang membelenggu. Dalam hal
ini kaum muda di Sumatera Utara secara keseluruhan (overall) memiliki keyakinan (ketauhidan) yang religious, bergerak
dengan menggunakan organisasi nasionalis, dan opini-opini, release, pemikiran, dan pendekatan konseptual secara sosialis.
Keyakinan
(ketauhidan) yang religious tertampak pada iktikad diri dalam mengakui Keesaan
Tuhan walau berwajah freeman, bahkan
berbuat punky yang ‘uring-uringan’,
namun apabila disinggung tentang agamanya (dirinya) dia akan brutal membela
agamanya ‘mati-matian’. Dalam hal ini kita dapat menempatkan isu agama adalah
pemantik yang luar biasa untuk menghidupkan emosi pemuda.
Saat ini di
Indonesia tidak ada satu pun OKP (Organisasi Kemasyarakatan Pemuda) yang
berhaluan sosialis, semuanya adalah nasionalis walau kekiri-kirian, bahkan
dapat diungkapkan melalui metoda utuh bahwa OKP (Organisasi Kemasyarakatan
Pemuda) berwajah nasionalis, bukan sosialisme walau gerakan orientasi ke depan
adalah sosialisme. Organisasi-organisasi tersebut antara lain HMI (Himpunan
Mahasiswa Islam), KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia), dan lainya.
Dalam hal ini
kepemimpinan (leadership) yang
dimaksukan dalam kajian-kajian ini adalah pranata-pranata yang digunakan untuk
membangun absolutism perlunya hak-hak pemuda dipulihkan, dengan melakukan
pendekatan-pendekatan yang sistematis berupa optimalisasi peyakinan (persuasif)
kepada khalayak masyarakat Sumatera Utara bahwa pemuda atau kaum muda adalah
memiliki hak yang sama terhadap kaum yang lebih awal (kaum tua) dalam
kepemimpinan.
Sehingga,
saat ini kita membutuhkan kajian-kajian yang relevan sesuai dengan adab yang
kita gunakan dalam memahami sistematika yang digunakan untuk membangun
eksistensi kita dalam membangun kesejahteraan khalayak masyarakat Sumatera
Utara. Tidak dapat dihindari pertikaian-pertikaian antara kaum yang lebih awal
(kaum tua) terhadap kaum muda dalam eksistensi diri, hakikat implementasi
struktural, dan posisi realistis akan melemahkan proses demokratisasi dan
pembangunan yang sedang berjalan di Sumatera Utara. Untuk itu tidak syah
apabila kaum yang lebih awal (kaum tua) terus-menerus melakukan kritisi
terhadap kaum muda.
Pergerakan-pergerakan
yang dialuri kaum yang lebih awal (kaum tua) juga adalah pergerakan-pergerakan
yang dialuri oleh kaum muda. Untuk itu kaum yang lebih awal (kaum tua) tidak
boleh melakukan penekanan terhadap kaum muda secara subjektif. Sehingga, saat
ini eksistensi yang kita gunakan adalah bagian utama dalam menangani
permasalahan ‘pertikaian’ kaum yang lebih awal (kaum tua) terhadap kaum muda.
Pada proses yang telah ada dan berlaku secara horizontal sesungguhya kaum yang lebih awal (kaum tua) mengklaim
tentang makna hak, namun di lain pihak perlu dibuat rumusan-rumusan yang pasti,
bahwa kaum muda akan mendesak kaum yang lebih awal (kaum tua) yang tendensius
akan makna kesepahaman yang ada menjadi kesepakatan umum.
Indikasi-indikasi
ini antara lain dapat diamati pada pemberlakuan bobot potensi pemuda di dalam
mengupayakan proses penataan yang didasarkan kepada idiologisme dan kepastian
akan kemampuan (capability) pemuda
dalam memimpin (leading) satu wilayah
tertentu yang dalam hal ini yaitu kepemimpinan di Sumatera Utara. Bahkan dalam
bangunan sistematika kepemimpinan di Sumatera Utara perlu dijelaskan lagi,
bahwa keterlibatan pemuda dalam meramaikan bursa kepemimpinan di Sumatera Utara
adalah positif sejauh tidak melakukan penentangan terhadap kesejahteraan
khalayak masyarakat Sumatera Utara itu sendiri di kemudian hari.
Untuk itu
kaum muda harus bersyukur terhadap criteria-kriteria sistem yang ada yang
memungkinkan pemuda dapat berbuat lebih banyak, lebih baik, dan lebih kondusif
bagi kesejahteraan khalayak masyarakat Sumatera Utara di kemudian hari dengan
menjadi pemimpin atasnya. Untuk itu perlu dibuat rumusan-rumusan
pendekatan-pendekatan kea rah jiwa basis yang berbasiskan kepada potensi dan
profesionalisme bagi kelanjutan sistematika pembangunan yang akan dibuat di
Sumatera Utara beserta bangunan moril atas dasar inisiatif yang komprehensif,
atasnya.
Daya tahan
kita terhadap penekanan-penekanan yang dibuat oleh sistem yang
membelenggu selayaknya kita lepaskan dengan membuat gerakan-gerakan yang
relevan bagi kelanjutan sistematika ke depan dari asumsi-asumsi yang kita
gunakan dalam merealitaskan ide-ide kita dalam format yang mengacu kepada azas manfaat.
Saat ini
banyak pemuda yang menginginkan perlunya dibuat rumusan-rumusan yang mengacu
kepada kajian-kajian jiwa yang selektif dalam melakukan penalaran terhadap
posisi yang menjanjikan bagi khalayak masyarakat di luarnya bukan untuk ego
dari dirinya sendiri. Untuk itu, kita perlu memberikan pelatihan-pelatihan
khusus bagi pemuda untuk mendukung satu orang figurnya dalam mengemban amanat
untuk Gubernur Sumatera Utara.
Untuk itu
kita akan memberikan pelatihan-pelatihan kepada pemuda dalam bentuk keahlian (skill), kepemimpinan (leadership), dan pemenangan (winning) sebagai strategi yang digunakan
untuk memenangkan figure yang dimaksud yaitu untuk posisi Gubernur Sumatera
Utara. Mengingat waktu yang cukup mendesak untuk saat ini, maka dibutuhkan
gerakan cepat dalam merealitaskan program
yang dibuat secara kolektif oleh pemuda dan secara keseluruhan bersama khalayak
masyarakat yang ada di Sumatera Utara.
Pendekatan-pendekatan
pemuda yang dilakukan selayaknya berwujud pendekatan langsung dalam materialism
dengan sepenuhnya mengoptimalkan pendekatan-pendekatan kewirausahawan (entrepreunership) dan birokrasi untuk
teknis untuk koordinasi program bagi
realisasi kesejahteraan, kemakmuran, dan pencerahan kepada khalayak masyarakat
Sumatera Utara. Di samping itu juga kita membutuhkan pendekatan langsung kepada
materialisme dengan mengandalkan system menejerial yang ada yang kita miliki
untuk arah ke depan. Pendekatan kepada orang-orang besar ini adalah positif
bagi kelanjutan demokratisasi yang dikobarkan di Sumatera Utara yang
dikonkretkan lagi pendekatan kepada figur pemuda Mandailing yang akan menjadi
Gubernur Sumatera Utara, yang dalam hal ini yaitu pembentukan Tim Sukses.
Kajian-kajian
yang kita gunakan tidak boleh revolusioner atau melakukan doktrin secara sempit
untuk melakukan pemenangan kepada wujud pemosisian diri untuk menjadi Gubernur
Sumatera Utara yang dilakukan sejak dini. Tidak ada kata mustahil untuk uji
coba penerapan sistematika yang dibuat untuk merealitaskan ide-ide yang telah
ada, sebelumnya.
Untuk itu
dibutuhkan strategi menggembleng massa optimal
dalam upaya menggerakkan idealism kita yang dalam title judul tema artikel ini,
“Kaum Muda di Sumatera Utara Mampu Leadership”.
Kemampuan kita dalam kepemimpinan (leadership)
adalah faktor penting dalam menggerakkan massa dalam mengusung idiologi kita
memasuki basis-basis yang ada di bawahnya lagi sebagai tulang punggung basis
dan pilar-pilar demokrasi.
Efektifnya,
strategi yang dibuat adalah penerbitan media
press cetak yang dianggap sebagai wadah mediasi yang digunakan untuk
mengintegralkan diri ke dalam metoda yang lebih dinamis yang dapat dijangkau
oleh khalayak masyarakat luas di Sumatera Utara, yaitu media JBAR (Jurnal
Bulanan Analisis Riset) dan JBAR (Jurnal Bulanan Analisis Riset) online melalui
http//:www.jurnalbulanananalisisriset.blogspot.com. Pergerakan-pergerakan ini
dapat dibuat dengan merealitaskan ide-ide yang ada sebelumnya bagi kelanjutan
sistematika yang dibuat dalam bentuk media
press tersebut.
Penerbitan media press ini harus dominan dengan isu
pemenangan diri, bukan kajian yang bersifat menyimpang dari orientasi yang
telah ada sebagai kesepakatan bersama yang tidak dapat ditawar-tawar lagi walau
kita tetap toleran terhadap seremonial dan hasil-hasil kajian lain dengan
menetapkan prioritas target dan
alternatif target. Sehingga secara
jelas dapat dipilih dan dipilah mana yang seharusnya menjadi prioritas kita
secara bersama-sama.
Dalam
penalaran ini sudah jelas bahwa kita membutuhkan tinjauan-tinjauan yang efektif
dengan membuat forum yang
representatif untuk gerakan kita, walau bukan diarahkan untuk tempat
‘ngumpul-ngumpul’ saja, sebab kita membutuhkan rekomendasi yang dapat
memperkuat eksistensi harkat dan martabat Tim Sukses yang dimaksud dalam upaya
memenangkan figur yang dimaksud walau tidak dilakukan secara bombastis.
Beberapa tahun
yang lalu telah terjadi proses dinamika revolusioner menyelimuti perwajahan
Bangsa Indonesia, di mana di dalamnya kita melihat rontoknya Rezim yang
dibangun oleh Suharto adalah bias. Rezim Suharto identik dengan nasionalisasi
tentaraisme di tubuh perangkat, sistem, dan fungsi kenegaraan. Hingga kepada
era yang ada sekarang cukup jelas adanya suatu tendensi tentaraisme di tubuh
birokrat Indonesia.
Sistem
kekuasaan di Indonesia sejak peradaban yang ada cukup menunjukkan adanya suatu
doktrin permanen bahwa Islam tidak akan mampu mengambil kekuasaan secara
struktural. Mungkin, kita bisa mengupayakan fenomena tersebut di luar kerangka
berpikir kita sebagai Penganut Islam. Secara logika dapat dinyatakan, bahwa
Islam di Indonesia adalah kualitas yang menyelimuti dan melegalisir kekuatan
nasionalis.
Yang parah
adalah adanya sebahagian masyarakat Indonesia pada tahun 1998 berinisiatif
menyusun partai politik beridiologi Islam dengan berfungsinya Pemilu (Pemilihan
Umum) tahun 1999 sebagai tahun pemilu di Indonesia, telah muncul beberapa
partai mengatasnamakan Islam baik secara terang-terangan maupun tidak.
Sebelumnya, Prof. Nurcholis Madjid telah mengemukakan tentang ‘Islam Yes,
Partai Islam No’. Lintasan sejarah demokrasi Islam belum pernah mampu
mengeksiskan sistem ketatanegaraan di Indonesia karena selalu didominasi oleh
para nasionalis yang sekuler.
Islam sendiri
adalah cultural bukan struktural, pendekatan kultural dilakukan oleh mereka
yang memahamkan Islam sebagaimana amanah konkret, sedangkan di dalam pendekatan
struktural akan memunculkan ambisi dan prioritas dengan romantisme yang
bersifat seremonial bukan tauhid.
Sistem
ekonomi yang dipakai dalam internasionalisme kemanusiaan (humane internationalism) hendaknya mencerminkan jiwa yang 1 (satu)
dalam masyarakat dunia. Bila MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa) memakai euro
sebagai mata uang tunggal Eropa, maka rekomendasi humany merupakan mata uang
tunggal masyarakat dunia. Sistem EMD (Ekonomi Masyarakat Dunia) hendaknya 1
(satu) sistem dalam 1 (satu) struktur pola perdagangan yang sama pula. 1 (satu)
mata uang atas internasionalisme merupakan penjabaran faktual dari konsep
filosofis internasionalisme dalam solusi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup
masyarakat dunia itu sendiri.
1 (satu) mata
uang atas internasionalisme kemanusiaan berarti 1 (satu) BEED (Bursa Efek
Ekonomi Dunia), 1 (satu) BCG (Bank Central Global), dan bidang ekonomi makro
yang bertujuan memperkokoh ketahanan ekonomi makro yang bertujuan memperkokoh
ketahanan perekonomian dan keuangan individual
masyarakat dunia. 1 (satu) mata uang atas internasionalisme berarti perlu
dibentuk lembaga-lembaga ekonomi makro maupun lembaga-lembaga ekonomi mikro.
Ahli-ahli ekonomi dunia dari kalangan teoritis, akademisi perguruan tinggi,
kalangan pelaku ekonomi sebagai praktisi, serta ekonom-ekonom lainnya
memperkenalkan serta merumuskan ekonomi-ekonomi 1 (satu) mata uang atas
internasionalisme kemanusiaan.
Beberapa hal
yang perlu diperhitungkan di dalam 1 (satu) mata uang atas internasionalisme
kemanusiaan antara lain yaitu (a) kurs mata uang antar Negara ditiadakan, (b)
saham-saham diperjualbelikan di BEED (Bursa Efek Ekonomi Dunia), (c) konsep
pasar yang ada di dunia disamakan, dan (d) sistem ekonomi dunia adalah
kemanusiaan.
Di luar
siklus dan arus ekonomi dunia dalam internasionalisme kemanusiaan adalah ilmu
pengetahuan dan teknologi, sosial, budaya, sumber daya alam, dan lainnya.
Ekonomi dunia dalam persepsi ekonomi dunia yang saya rumuskan bertujuan untuk
mensejahterakan setiap individu yang ada di atas dunia dengan sistem ekonomi
yang humanis, persatuan dan kesatuan umat manusia dunia, dan integralistik.
Roburan Lombang,
01 Oktober 2013
Agussalim, ST
bin Abdur Rahim Nasution
Tidak ada komentar:
Posting Komentar