https://www.youtube.com/@agussalimnasutionmandailing2/videos

Foto saya
UNTUK KE-GUBERNUR-AN SUMATERA UTARA DARI PENDIRI UM (UNIVERSITAS MANDAILING) FOR THE PROVINCIAL GOVERNOR OF SUMATERA UTARA FROM THE FOUNDER OF MU (MANDAILING UNIVERSITY)

Senin, 15 Desember 2025

28 April 3000, Senin untuk ke-GUBERNUR-an SUMATERA UTARA dari Penjadwalan Linimasa UANM KS MET (Universitas Agussalim Nasution Mandailing Kuliah Sepanjang Masa Electronic Teleconference) Tahun 3000

 

Arahan

dari

Pendiri
UANM
(Universitas Agussalim Nasution Mandailing)
Agussalim, S.T. bin Abdur Rahim Nasution


Kisi-Kisi Materi KUANMET (Kuliah Universitas Agussalim Nasution Mandailing Electronic Teleconfence)

 

untuk ke-GUBERNUR-an SUMATERA UTARA dari UANM (Universitas Agussalim Nasution Mandailing) dengan Misi Abadi untuk Perdamaian Abadi Dunia 

 

28 April 3000, Senin, untuk ke-GUBERNUR-an SUMATERA UTARA dari Penjadwalan Linimasa UANM KS MET (Universitas Agussalim Nasution Mandailing Kuliah Sepanjang Masa  Electronic Teleconference) Tahun 3000 (tahun tiga ribu) Masehi ke Saat Ini (Now) Tahun 2025,  975 (sembilan ratus tujuh puluh lima) tahun, secara Arus Mudik, dari Kota Medan Reinkarnasi Ilmu Asia ke Wajah Dunia Internasional Global Bumi, mewarisi Peradaban dengan Amal Jariyah (Ilmu yang Bermanfaat) sebagai Tanggung Jawab Moral Kita untuk Generasi ke Generasi Mendatang untuk Perdamaian Abadi Dunia khususnya untuk rakyat Provinsi Sumatera Utara

April 28th, 3000, Monday, for the GOVERNOR of NORTH SUMATERA from the Timeline Scheduling of Agussalim Nasution Mandailing University Lecture Throughout Time Electronic Teleconference Year 3000 (three thousands) AD to the Present (Now) Year 2025, 975 (nine hundreds and seventy five) years, through the Homecoming Flow, from the City of Medan Reincarnation of Asian Knowledge to the Face of the Global International World of the Earth, inheriting Civilization with Amal Jariyah (Beneficial Knowledge) as Our Moral Responsibility for Future Generations for Eternal World Peace especially for the people of North Sumatra Province

 

Universitas Agussalim Nasution Mandailing (UANM)

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Jurusan Teknik Pertambangan

Materi Kuliah

Senin, 28 April Tahun 3000 Masehi

Agussalim Nasution Mandailing University (ANMU)

The Faculty of Earth Sciences and Technology

The Mining Engineering Department

Lecture Material

Monday, April 28th, 3000 AD

 

 

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 1827 K/30/MEM/2018

TENTANG

PEDOMAN KAIDAH PERTAMBANGAN YANG BAIK

DECREE OF THE MINISTER OF ENERGY AND MINERAL RESOURCES OF THE REPUBLIC OF INDONESIA

NUMBER 1827 K/30/MEM/2018

CONCERNING

GUIDELINES FOR GOOD MINING PRACTICES

 

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

BY THE GRACE OF GOD ALMIGHTY

MINISTER OF ENERGY AND MINERAL RESOURCES

 

 

LAMPIRAN II      KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR      : 1827 K/30/MEM/2018

TANGGAL           : 7 Mei 2018

APPENDIX II        DECREE OF THE MINISTER OF ENERGY AND MINERAL RESOURCES

REPUBLIC OF INDONESIA

NUMBER: 1827 K/30/MEM/2018

DATE: May 7th, 2018

 

PEDOMAN PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN

GUIDELINES FOR MINING TECHNICAL MANAGEMENT

 

 

E. KEGIATAN

E. ACTIVITIES

 

6. PENAMBANGAN

6. MINING

 

e. Peralatan Penambangan (halaman 116)

e. Mining Equipment (page 116)

 

2) Pelaksanaan

2) Implementation

 

a) Alat Gali-Muat

(1) kapasitas alat gali-muat mampu memuat material ke alat angkut tidak boleh lebih dari 5 (lima) kali pemuatan dan tidak boleh kurang dari 3 (tiga) kali pemuatan;

(2) dalam hal ketebalan lapisan mineral dan/atau batubara kurang dari 75 (tujuh puluh lima) centimeter dilakukan pengumpulan dengan alat tertentu sebelum dilakukan pemuatan atau berdasarkan kajian teknis;

(3) alat gali-muat yang dioperasikan diupayakan memiliki bucket fill factor mencapai sekurangkurangnya 80% (delapan puluh persen);

(4) penggalian material dengan menggunakan alat gali muat tidak boleh melebihi beban gali alat yang digunakan;

(5) Kepala Teknik Tambang menetapkan tata cara baku operasional alat gali-muat yang digunakan;

a) Loading and Excavation Equipment

(1) The capacity of the loading and excavation equipment to load material into the transport vehicle must not exceed 5 (five) loads and must not be less than 3 (three) loads;

(2) If the thickness of the mineral and/or coal layer is less than 75 (seventy-five) centimeters, collection is carried out using specific equipment before loading or based on a technical study;

(3) The loading and excavation equipment operated must strive to have a bucket fill factor of at least 80% (eighty percent);

(4) Excavation of material using the loading and excavation equipment must not exceed the excavation load of the equipment used;

(5) The Head of Mining Engineering determines standard operating procedures for the loading and excavation equipment used;

 

 

b) Alat Angkut

(1) dalam rangka sinkronisasi peralatan, kapasitas truk pengangkut dari permuka kerja mampu memuat material tidak boleh lebih dari 5 (lima) kali pengisian dan tidak boleh kurang dari 3 (tiga) kali pengisian dari alat gali-muat;

(2) pengangkutan material dengan menggunakan truk tidak boleh melebihi kapasitas maupun beban angkut serta tidak boleh kurang dari 90% (sembilan puluh persen) kapasitas maupun beban angkut;

(3) Kepala Teknik Tambang menetapkan tata cara baku operasional alat angkut yang digunakan;

b) Transport Equipment

(1) In order to synchronize equipment, the capacity of the transport truck from the working surface to load material must not exceed 5 (five) times the capacity and must not be less than 3 (three) times the capacity of the loading and unloading equipment;

(2) Transport of material using a truck must not exceed the capacity or load capacity and must not be less than 90% (ninety percent) of the capacity or load capacity;

(3) The Head of Mining Engineering determines the standard operating procedures for the transport equipment used;

 

 

c) Rope Haulage (Derek) dan Hoist

(1) penggunaan system angkutan dengan menggunakan Rope Haulage (derek) dan Hoist didasarkan hasil kajian teknis yang paling kurang mencakup:

(a) daya tarikan;

(b) diameter drum;

(c) kecepatan rope;

(d) umur rope;

(e) diameter rope;

(f) kemiringan shaft;

(g) panjang rope;

(h) standar kekuatan rope yang digunakan;

(i) beban terberat yang akan diangkat;

(j) safety device yang akan digunakan;

(k) daya dukung pondasi menara dan derek;

(l) faktor keamanan rope yang digunakan;

(m) spesifikasi anchor yang digunakan; dan

(n) spesifikasi dan sistem pengereman hoist;

(2) sumuran untuk lokasi lintasan derek pada massa batuan yang kuat, kompak, mampu menahan beban alami, dan operasional Derek;

(3) dalam hal sebagian atau keseluruhan lokasi tidak terpenuhi maka tindakan penguatan dinding dilakukan;

(4) lokasi pembangunan menara memiliki daya dukung tanah/pondasi yang mampu menahan beban menara dan beban derek maksimum;

(5) kajian teknis Rope Haulage (derek) dan Hoist disampaikan dalam laporan khusus kepada Kepala Inspektur Tambang;

(6) Kepala Teknik Tambang menetapkan tata cara baku pengangkutan dengan derek termasuk pemeriksaan dan pemeliharaan;

c) Rope Haulage (Cranes) and Hoists

(1) The use of a transportation system using rope haulage (cranes) and hoists is based on the results of a technical study that includes at least:

(a) pulling power;

(b) drum diameter;

(c) rope speed;

(d) rope life;

(e) rope diameter;

(f) shaft inclination;

(g) rope length;

(h) standard rope strength;

(i) heaviest load to be lifted;

(j) safety devices to be used;

(k) bearing capacity of the tower and crane foundations;

(l) safety factor of the rope used;

(m) specifications of the anchor used; and

(n) specifications and braking system of the hoist;

(2) wells for crane track locations in strong, compact rock masses capable of withstanding natural loads and crane operation;

(3) if some or all of the locations are not met, wall reinforcement measures shall be taken;

(4) The tower construction site must have soil/foundation bearing capacity capable of supporting the tower load and maximum crane load;

(5) a technical study of rope haulage (cranes) and hoists must be submitted in a special report to the Chief Mine Inspector;

(6) the Chief Mine Engineer must establish standard procedures for crane haulage, including inspection and maintenance;

 

d) Load Haul Dump (LHD)

(1) dimensi LHD disesuaikan dengan dimensi lubang bukaan yang tersedia, lebar LHD tidak boleh lebih dari 0,8 (nol koma delapan) kali lebar lubang bukaan;

(2) dimensi lubang bukaan memiliki ruang bebas (clearance) sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) cm pada sisi kiri dan kanan serta 60 (enam puluh) cm dari tinggi LHD terbesar yang dioperasikan;

(3) LHD yang dioperasikan diupayakan memiliki bucket fill factor mencapai paling kurang 80% (delapan puluh persen);

(4) dalam hal penambangan tambang bawah tanah dengan metode caving maka penggunaan LHD ditetapkan berdasarkan hasil kajian teknis;

(5) Kepala Teknik Tambang menetapkan tata cara baku menggunakan LHD termasuk pemeriksaan dan kalibrasi;

d) Load Haul Dump (LHD)

(1) The dimensions of the LHD are adjusted to the dimensions of the available opening. The width of the LHD must not be more than 0.8 (zero point eight) times the width of the opening;

(2) The dimensions of the opening must have a clearance of at least 30 (thirty) cm on the left and right sides and 60 (sixty) cm from the height of the largest LHD in operation;

(3) The LHD in operation must strive to have a bucket fill factor of at least 80% (eighty percent);

(4) In the case of underground mining using the caving method, the use of the LHD is determined based on the results of a technical study;

(5) The Head of Mining Engineering determines standard procedures for using the LHD, including inspection and calibration;

 

e) Truk Tambang Bawah Tanah (Underground Truck)

(1) dimensi truk tambang bawah tanah disesuaikan dengan dimensi lubang bukaan yang tersedia, lebar truk tambang bawah tanah tidak boleh lebih dari 0,8 (nol koma delapan) kali lebar lubang bukaan;

(2) dimensi lubang bukaan memiliki ruang bebas (clearance) sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) cm pada sisi kiri dan kanan serta 60 (enam puluh) cm dari tinggi truk tambang bawah tanah terbesar yang dioperasikan;

(3) ruang bebas (clearance) bagian atas area dumping sekurang-kurangnya 60 (enam puluh) cm dari tinggi vessel ketika dumping;

(4) pengangkutan material dengan menggunakan truk tambang bawah tanah tidak boleh melebihi kapasitas maupun beban angkut serta tidak boleh kurang dari 90% (sembilan puluh persen) kapasitas maupun beban angkut;

(5) Kepala Teknik Tambang menetapkan tata cara baku operasional truk tambang bawah tanah termasuk pemeliharaan;

e) Underground Mining Trucks

(1) The dimensions of the underground mining truck are adjusted to the dimensions of the available opening. The width of the underground mining truck must not be more than 0.8 (zero point eight) times the width of the opening;

(2) The dimensions of the opening must have a clearance of at least 30 (thirty) cm on the left and right sides and 60 (sixty) cm from the height of the largest underground mining truck in operation;

(3) The clearance at the top of the dumping area must be at least 60 (sixty) cm from the height of the vessel when dumping;

(4) The transportation of materials using underground mining trucks must not exceed the capacity or load capacity and must not be less than 90% (ninety percent) of the capacity or load capacity;

(5) The Head of Mining Engineering shall establish standard operating procedures for underground mining trucks, including maintenance.

 

 

f) Peralatan Pendukung (Supporting Unit)

(1) dilarang mengalihfungsikan alat gali-muat dan alat angkut menjadi peralatan pendukung atau sebaliknya tanpa kajian teknis;

(2) jumlah dan jenis kebutuhan peralatan pendukung yang tersedia berdasarkan kajian analisis kebutuhan;

(3) jumlah dan jenis bulldozer memperhitungkan jumlah material yang ditangani dalam kegiatan penimbunan dan kegiatan pengupasan lahan;

(4) jumlah Motor Grader, jumlah, dan kapasitas water truck tersedia ditetapkan berdasarkan kajian teknis yang mempertimbangkan lebar, panjang jalan, jenis perkerasan jalan, dan stasiun pengisian air;

(5) compactor tersedia di area penimbunan yang metode penimbunannya dengan metode curah;

(6) jumlah service truck dan fuel truck tersedia berdasarkan kajian analisis kebutuhan;

(7) hasil kajian terkait Peralatan Pendukung (Supporting Unit) dapat diperiksa sewaktu-waktu oleh Inspektur Tambang;

(8) Kepala Teknik Tambang menetapkan tata cara baku operasional peralatan pendukung termasuk pemeliharaan dan perawatan;

f) Supporting Equipment (Supporting Units)

(1) It is prohibited to convert excavators and haulers into supporting equipment or vice versa without a technical study;

(2) The number and type of supporting equipment available are based on a needs analysis study;

(3) The number and type of bulldozers take into account the amount of material handled in landfilling and clearing activities;

(4) The number of motor graders, the number and capacity of water trucks available are determined based on a technical study that takes into account the width and length of the road, the type of road pavement, and water filling stations;

(5) Compactors are available in stockpiling areas where the stockpiling method is bulk;

(6) The number of service trucks and fuel trucks available is based on a needs analysis study;

(7) The results of the study regarding Supporting Equipment (Supporting Units) can be inspected at any time by the Mine Inspector;

(8) The Head of Mine Engineering establishes standard operating procedures for supporting equipment, including maintenance and care;

 

 

g) Alat Gali Mekanis Kontinyu

(1) pemilihan metode penambangan dengan alat gali mekanis kontinyu berdasarkan kajian teknis yang paling kurang mempertimbangkan kekuatan gigi gali dan karakteristik batuan.

(2) penambangan dengan alat gali mekanis kontinyu berupa surface miner paling kurang memenuhi kriteria sebagai berikut:

(a) kuat tekan batuan antara 10 (sepuluh) sampai dengan 50 (lima puluh) MPa atau lebih dari 50 (lima puluh) MPa jika terdapat kekar;

(b) tingkat kejenuhan air dalam batuan tidak lebih dari 15% (lima belas persen);

(c) kemiringan permukaan penggalian tidak lebih dari 25% (dua puluh lima persen); dan

(d) memiliki luasan yang memadai untuk operasional peralatan yang digunakan;

(3) dalam hal penambangan menggunakan surface miner membuat kajian teknis yang memuat paling kurang:

(a) paramater geologi, karakteristik massa batuan dan batuan utuh;

(b) parameter mesin, teknik pemberaian, gigi gali, dan sistem pengendali debu;

(c) sistem manajemen pemberaian, logistik, operasional dan perawatan

(d) geometri dan dimensi dan kestabilan lereng yang terbentuk;

(4) kajian teknis penambangan menggunakan surface miner disampaikan dalam laporan khusus kepada Kepala Inspektur Tambang;

(5) Kepala Teknik Tambang menetapkan tata cara baku operasional alat gali mekanis kontinyu termasuk pemeliharan dan perawatan;

g) Continuous Mechanical Excavation Equipment

(1) The selection of a mining method using continuous mechanical excavation equipment is based on a technical study that, at a minimum, takes into account the strength of the excavation teeth and rock characteristics.

(2) Mining using continuous mechanical excavation equipment in the form of a surface miner must meet at least the following criteria:

(a) rock compressive strength between 10 (ten) and 50 (fifty) MPa, or more than 50 (fifty) MPa if there are joints;

(b) water saturation level in the rock is no more than 15% (fifteen percent);

(c) the slope of the excavation surface is no more than 25% (twenty-five percent); and

(d) has an area sufficient for the operation of the equipment used;

(3) in the case of mining using a surface miner, a technical study must include at least:

(a) geological parameters, rock mass characteristics, and intact rock;

(b) machine parameters, dispersion techniques, excavation teeth, and dust control systems;

(c) distribution, logistics, operational, and maintenance management systems

(d) the geometry, dimensions, and stability of the slopes formed;

(4) technical studies of mining using surface miners are submitted in a special report to the Chief Mining Inspector;

(5) the Chief Mining Engineer establishes standard operating procedures for continuous mechanical excavation equipment, including maintenance and care;

 

 

 

Agussalim, S.T. bin Abdur Rahim Nasution
Pendiri
UANM
(Universitas Agussalim Nasution Mandailing)

The Founder

of

ANMU

(Agussalim Nasution Mandailing University)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

23 April 3000, Rabu untuk ke-GUBERNUR-an SUMATERA UTARA dari Penjadwalan Linimasa UANM KS MET (Universitas Agussalim Nasution Mandailing Kuliah Sepanjang Masa Electronic Teleconference) Tahun 3000

  Arahan dari Pendiri UANM (Universitas Agussalim Nasution Mandailing) Agussalim, S.T. bin Abdur Rahim Nasution Kisi-Kisi Materi K...