ROBURAN LOMBANG, PANYABUNGAN SELATAN, MANDAILING NATAL, SUMATERA UTARA - INDONESIA
MENUJU BERDIRINYA UM (UNIVERSITAS MANDAILING)
TOWARDS THE ESTABLISHMENT OF MU (MANDAILING UNIVERSITY)
KUM S3 MET (KULIAH UMUM SABTU SORE SEPANJANG MASA ELECTRONIC TELECONFERENCE)
TOWARDS THE ESTABLISHMENT OF MU (MANDAILING UNIVERSITY)
KUM S3 MET (KULIAH UMUM SABTU SORE SEPANJANG MASA ELECTRONIC TELECONFERENCE)
MPP(G) YMR, MAJELIS PIMPINAN PUSAT (GLOBAL) YAYASAN MANDAILING RAYA
LO BAFOR UM & MTs SHJ
(LEMBAGA OTONOM BADAN FORMATUR UNIVERSITAS MANDAILING
& MADRASAH TSANAWIYAH SRI HARAPAN JAYA)
SABTU, 29 SEPTEMBER 2018
LO BAFOR UM & MTs SHJ
(LEMBAGA OTONOM BADAN FORMATUR UNIVERSITAS MANDAILING
& MADRASAH TSANAWIYAH SRI HARAPAN JAYA)
SABTU, 29 SEPTEMBER 2018
KPG (KANTOR PUSAT GLOBAL) MPP(G) YMR
MAJELIS PIMPINAN PUSAT (GLOBAL) YAYASAN MANDAILING RAYA
MAJELIS PIMPINAN PUSAT (GLOBAL) YAYASAN MANDAILING RAYA
THE AFTERNOON SATURDAY PUBLIC LECTURE OF ALL TIME WITH ELECTRONIC TELECONFERENCE
OF THE CENTRAL (GLOBAL) LEADERSHIP ASSEMBLY
OF THE GREAT MANDAILING FOUNDATION
THE AUTONOMOUS INSTITUTION OF THE FORMATURES BODY OF
MU (MANDAILING UNIVERSITY) & ISLAMIC JUNIOR HIGH SCHOOL OF SHJ (SRI HARAPAN JAYA)
SATURDAY, SEPTEMBER 29th, 2018
AT THE GLOBAL CENTRAL OFFICE OF
AT THE GLOBAL CENTRAL OFFICE OF
THE CENTRAL (GLOBAL) LEADERSHIP ASSEMBLY
OF THE GREAT MANDAILING FOUNDATION
BANGGUA, DESA ROBURAN LOMBANG, PANYABUNGAN SELATAN, MANDAILING NATAL,
SUMATERA UTARA - INDONESIA
DOSEN
:
LECTURER :
NASIRUDDIN,
SEKRETARIS
MPDES YMR, MEJELIS PIMPINAN DESA YAYASAN MANDAILING RAYA ROBURAN LOMBANG, THE SECRETARY OF THE VILLAGE LEADERSHIP
ASSEMBLY OF THE GREAT MANDAILING FOUNDATION OF ROBURAN LOMBANG.
MATA
KULIAH UMUM :
GENERAL COURSE :
PERSIAPAN
MENUJU PERNIKAHAN DI DESA
PREPARATION OF TOWARDS WEDDING IN VILLAGE
MUATAN
– MUATAN :
CONTENTS :
Setiap
kita (insya Allah) akan menuju suatu perjanjian besar yang merupakan Sunnah
Nabi yang tentu kita tidak akan melakukannya dengan main-main, karena hal ini,
sebagian besar orang merupakan sesuatu yang hanya ingin dilakukannya sekali
seumur hidup, masih banyak alibi yang membuat kita harus menyiapkan segala
sesuatunya dengan baik.
Every one of us (God willing) will go to a
great agreement which is the Sunnah of the Prophet, which of course we will not
do it playfully, because of this, most people are something that he only wants
to do once in a lifetime, there are still many alibis that make us prepare
everything well.
Sebelum
masyarakat di desa mengambil keputusan itu, umumnya muda-mudi yang ada di suatu
masyarakat desa harus mempersiapkan 4 (empat) hal,
Before the community in the village makes
that decision, generally young people in a village community must prepare 4
(four) things,
1. Kesiapan pemikiran.
1.
Readiness for thinking.
Kesiapan pemikiran ini mencakup 3 (tiga) hal,
This readiness of thinking includes 3 (three) things,
1.1. Orang yang mempunyai kematangan visi Keislaman, berarti memiliki
dasar-dasar pemikiran yang jelas tentang identitas idiologinya.
1.1. People
who have the maturity of the Islamic vision mean that they have a clear basis
for their ideological identity.
Ketika seorang muslim ingin menikah, ia harus mengetahui
dulu bahwa ia muslim, namun di atas itu ia juga harus mengetahui mengapa ia
menjadi muslim, sehingga ia mampu dihadapkan kepada berbagai pilihan dalam
kehidupan riil.
When a Muslim wants to get married, he must know first that he is Muslim,
but above that he must also know why he is Muslim, so he is able to be faced
with various choices in real life.
Masalah pernikahan bukan perkara yang sulit (karena Islam
sendiri sudah memudahkan masalah ini) tetapi bukan pula masalah yang
sembarangan, di sini lah visi kematangan Keislaman. Karena setelah akad nikah
terlewati akan ada status qowum (pemimpin) yang menempel pada diri seorang
suami dan status bunda pada diri seorang isteri yang di situ memerlukan
kematangan visi Keislaman, yang pada nantinya akan terlihat peran qowum dalam
pemimpin bahtera rumah tangga, mau dibawa ke mana isteri dan anaknya, dan akan
ada peran bunda sebagai ustadzah pertama bagi anak-anaknya. Siapkan seorang
qowum dan seorang bunda akan pengetahuan Islam, pengetahuan tentang pernikahan
(sebelum dan sesudah akad nikah ditunaikan), pengetahuan tentang tauhid,
akhlak, dan sebagainya yang nantinya akan diajarkan kepada jundi-jundi (ksatria-ksatria)
kecilnya, pengetahuan akan hukum Islam, etika Islam, dan masih banyak lagi.
The issue of marriage is not a difficult matter (because Islam itself has
facilitated this problem) but it is also not an arbitrary problem, here is the
vision of Islamic maturity. Because after the marriage contract is over there
will be status of a qowum (leader) attached to a husband's self and a mother's
status in a wife that requires the maturity of the Islamic vision, which will
later see the role of qowum in the leader of the household ark, where to take
his wife and children, and there will be the role of mother as the first
ustadzah for her children. Prepare a qowum and a mother of Islamic knowledge,
knowledge of marriage (before and after the marriage contract is fulfilled), knowledge
of monotheism, morals, etc. which will be taught to the small knights,
knowledge of Islamic law, Islamic ethics, and still much more.
Akad nikah merupakan lonceng berdirinya sebuah madrasah,
akad nikah berlangsung bersamaan dengan pengguntingan pita tanda dibukanya
sebuah madrasah baru, bersamaan pula dengan dilantiknya sepasang ustad dan
ustadzah yang diwajibkan untuk siap mendidik jundi-jundi (ksatria-ksatria) kecil
yang nanti akan meramaikan madrasah itu. Sepasang ustad dan ustadzah yang
bersatu dalam ikatan suci ini nanti akan mengajarkan banyak hal kepada
jundi-jundi kecilnya dan sekaligus memberikan pelajaran – pembelajaran yang
akan mendewasakan keduanya, begitulah waktu bergulir, akankah menjadi sebuah
madrasah yang buruk bahkan ambruk tergantung sematang apa visi Keislaman yang
ia punya.
The marriage contract constitutes the bell of the establishment of a
madrasa, the marriage ceremony takes place in conjunction with the cutting of
the ribbon marking the opening of a new madrasa, along with the inauguration of
a pair of clerics who are obliged to be ready to educate small knights who will
enliven the madrasa. A pair of clergy and clerics who unite in this holy bond
will teach many things to their little knights and at the same time provide
lessons that will mature both of them, so when it is rolling, will it be a bad
madrassa even collapsing depending on what Islamic vision that he/she have.
1.2. Kematangan visi kepribadian.
1.2. Maturity
of personality vision.
2 (dua) hambatan besar dalam hubungan dengan orang lain
yaitu bila kita tidak memahami orang lain dengan benar dan bila kita tidak
mampu memahami diri kita sendiri dengan benar. Seseorang yang mempunyai konsep
diri yang jelas, artinya ia mengetahui kepribadian dirinya sendiri dengan baik,
orang seperti ini akan mampu memahami dirinya sendiri dengan baik, sehingga
akan melahirkan penerimaan diri yang baik.
2 (two) major obstacles in relationships with other people, that is if we
do not understand others properly and if we are not able to understand
ourselves correctly. Someone who has a clear self-concept, meaning he knows his
own personality well, people like this will be able to understand himself well,
so that it will give birth to good self-acceptance.
Ketika seseorang mampu menerima dirinya dengan baik,
setelah menikah pada umumnya ia juga akan mampu menerima pasangannya dengan
baik.
When someone is able to accept himself well, after marriage in general he
will also be able to accept his partner well.
1.3. Kematangan visi pekerjaan.
1.3. Job vision maturity.
Poin ini lebih khusus ditujukan untuk calon suami,
seorang ikhwan ketika memutuskan untuk menikah, maka ia harus mempunyai
perencanaan yang matang tentang bagaimana ia nanti akan menghidupi anak dan
isterinya, artinya ia mempunyai visi yang jelas tentang pekerjaan yang akan
dilakoninya kelak.
This point is more specifically intended for prospective
husbands, a brother when deciding to get married, then he must have careful
planning on how he will support his child and wife, meaning he has a clear
vision of the work he will do later.
2. Kesiapan psikologis.
2. Psychological readiness.
Ketika seseorang berumah tangga, tanggung jawab (sebagai
seorang qowum atau seorang bunda) akan memberikan beban sebagai psikologis. Orang
yang tidak sanggup menerima beban tidak akan kuat menghadapi berbagai tantangan
besar dalam hidup.
When someone is married, the responsibility (as a qowum or a mother) will
give a psychological burden. People who are not able to accept the burden will
not be strong in facing various major challenges in life.
Kesiapan psikologis adalah kematangan tertentu secara
psikis untuk menghadapai berbagai tantangan besar dalam hidup. Orang yang tidak
matang secara psikologis akan menyebabkan banyak sekali masalah dalam keluarga
ketika memasuki perkawinan.
Psychological readiness is a certain maturity psychologically to face
various major challenges in life. People who are not psychologically mature
will cause a lot of problems in the family when entering marriage.
3. Kesiapan fisik.
3. Physical readiness.
Apakah fisiknya
sudah siap untuk menikah, kita harus meyakini, bahwa fisik kita sudah siap
untuk menikah, itulah sebabnya menikah terlalu dini juga tidak terlalu bagus.
Is the physical ready to get married, we must believe
that our physical condition is ready to get married, that is why getting
married too early is not too good.
4. Kesiapan finansial.
4. Financial readiness.
Yang ada dalam
perkawinan bukan hanya cinta, aspek ekonomi juga sangat terlibat, walaupun
tidak berarti ketika seorang ikhwan ingin menikah maka ia harus menjadi ikhwan
yang berkpribadian.
What is in marriage is not only love, the economic
aspect is also very involved, although it does not mean that when an ikhwan
wants to get married, he must be a person of personality.
Sumber – Sumber (Sources) :
1. Kefemusliman.com.
2. Google Translate.
Makalah
kuliah ditulis oleh Abdul Karim Lubis.
The lecture paper was written by Abdul Karim
Lubis.
Diketik,
diedit, dan diterjemahkan kembali oleh Agussalim, ST bin Abdur Rahim Nasution
Typed, edited, and translated again by
Agussalim, ST bin Abdur Rahim Nasution
MAHASISWA
:
COLLEGE STUDENTS :
1. AGUSSALIM,
ST BIN ABDUR RAHIM NASUTION, KETUM (KETUA UMUM) MPP(G) YMR, MEJELIS PIMPINAN
PUSAT (GLOBAL) YAYASAN MANDAILING
RAYA, THE GENERAL
CHAIRMAN OF THE CENTRAL (GLOBAL) LEADERSHIP ASSEMBLY OF THE GREAT MANDAILING
FOUNDATION.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar