Senin, 24 Juli 2017

KUM S3 MET, 22 JULI 2017

ROBURAN LOMBANG, PANYABUNGAN SELATAN, MANDAILING NATAL, SUMATERA UTARA - INDONESIA
MENUJU BERDIRINYA UM (UNIVERSITAS MANDAILING)
TOWARDS THE ESTABLISHMENT OF MU (MANDAILING UNIVERSITY)

KUM S3 MET (KULIAH UMUM SABTU SORE SEPANJANG MASA ELECTRONIC TELECONFERENCE)
MPP(G) YMR, MAJELIS PIMPINAN PUSAT (GLOBAL) YAYASAN MANDAILING RAYA
LO BAFOR UM & MTs SHJ 
(LEMBAGA OTONOM BADAN FORMATUR UNIVERSITAS MANDAILING 
& MADRASAH TSANAWIYAH SRI HARAPAN JAYA) 
SABTU, 22 JULI 2017
 KPG (KANTOR PUSAT GLOBAL) MPP(G) YMR
MAJELIS PIMPINAN PUSAT (GLOBAL) YAYASAN MANDAILING RAYA
THE AFTERNOON SATURDAY PUBLIC LECTURE OF ALL TIME WITH ELECTRONIC TELECONFERENCE
OF THE CENTRAL (GLOBAL) LEADERSHIP ASSEMBLY 
OF THE GREAT MANDAILING FOUNDATION
THE AUTONOMOUS INSTITUTION OF THE FORMATTOR BODY OF 
MU (MANDAILING UNIVERSITY) & ISLAMIC YUNIOR HIGH SCHOOL OF SHJ (SRI HARAPAN JAYA)
SATURDAY, JULY 22nd, 2017 AD
AT THE GLOBAL CENTRAL  OFFICE OF 
THE CENTRAL (GLOBAL) LEADERSHIP ASSEMBLY 
OF THE GREAT MANDAILING FOUNDATION
BANGGUA, DESA ROBURAN LOMBANG, PANYABUNGAN SELATAN, MANDAILING NATAL,
SUMATERA UTARA - INDONESIA























 
  
DOSEN (LECTURER),
ABDUL KARIM LUBIS,

KEPALA LO SP4 (LEMBAGA OTONOM STUDI PERTANIAN, PERKEBUNAN, PERIKANAN, DAN PETERNAKAN), HEAD OF THE AUTONOMOUS INSTITUTION OF THE STUDY FOR AGRICULTURE, PLANTATION, FISHERY, AND LIVESTOCK.  

MKU (MATA KULIAH UMUM) :
GENERAL LECTURE POINT :
 

NILAI DAN SIKAP MASYARAKAT DESA DI DESA MANDAILING NATAL PADA SISTEM BUDAYA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA, SERTA PENDIDIKAN, DAN KELEMAHAN MENTALITAS DALAM PEMBANGUNAN DI DESA
VALUES AND ATTITUDES OF VILLAGE COMMUNITY IN THE VILLAGE OF MANDAILING  NATAL IN THE CULTURAL SYSTEM IN THE LIFE OF VILLAGE PEOPLE, AND EDUCATION AND WEAKNESSES OF MENTALITY IN DEVELOPMENT IN VILLAGES 

MUATAN – MUATAN (CONTENTS) : 

1.    Hakikat nilai dan sikap.
1. The nature of values ​​and attitudes. 

Penanaman nilai dan sikap tekanannya cenderung pada ranah efektif, namun secara praktis tidak dapat dilepaskan dari ranah kognitif dana ranah psikomotor.
The cultivation of values ​​and attitudes pressure tends to the realm of effective, yet practically inseparable from  the cognitive domain of the psychomotor domain.
 

Secara umum nilai dan sikap yang diharapkan dalam pengajaran telah tersurat dalam UU No. 02 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 04, “pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki ketrampilan dan pengetahuan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
In general, the values ​​and attitudes expected in teaching have been written in Law Number  02 of 1989 on National Education System Article 04, "national education aims at educating the nation and developing a complete Indonesian man who is a believer and cautious of God Almighty and virtuous, has the skills and knowledge, physical and spiritual health, a solid personality and  independent, as well as community and  national responsibilities.
 

(A) Nilai.
(A) Value. 

Nilai adalah keyakinan tentang apa yang dikehendaki atau yang benar dan apa yang tidak dikehendaki atau yang salah, nilai ini merupakan refleksi kebudayaan yang disumbangkan oleh anggota masyarakat pendukung kebudayaan tadi. Apabila individu di masyarakat menerima nilai tadi bagi dirinya, maka nilai itu menjadi tujuan hidupnya (David Krech dan kawan – kawan).
Values ​​are beliefs about what is desired or what is right and what is unwanted or wrong, this value is a cultural reflection contributed by members of the community support cultural. If the individual in society receives that value for himself, then that value becomes the purpose of his life (David Krech and friends). 

Memperhatikan konsep nilai di atas bahwa nilai itu hidup di dalam pikiran anggota masyarakat yang mendukung sesuatu kebudayaan dengan benar, benar salah, baik buruk, tepat  tidak, dan sebagainya. Anggota masyarakat sudah mempunyai nilai kemasyarakatan bukan hanya merasa terikat oleh nilai – nilai yang berlaku dalam masyarakat melainkan mengetahui tuntutan nilai demi keutuhan masyarakat dengan kebudayaannya.
Paying attention to the above value concept that values ​​live in the minds of community members who support something culturally correctly, rightly wrong, good bad, precisely not, and so on. Community members already have societal values ​​not only feel bound by the values  ​​prevailing in society but knowing the demands of value for the sake of the integrity of society with its culture. 

Koencaraningrat dalam bukunya, “Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan” halaman 32 menjelaskan tentang sistem nilai budaya.
Koencaraningrat in his book, "Culture, Mentality, and Development" page 32 describes the cultural value system. 

Sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi – konsepsi yang hidup dalam pikiran sebahagian dari warga masyarakat mengenai hal – hal yang harus mereka anggap amat bernilai bagi hidup.
The cultural value system is made up of conceptions that live in the minds of some of the citizens of the society on matters which they must consider to be highly valuable to life. 

Karena itu nilai sistem suatu budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia, sistem – sistem nilai tata kelakuan manusia lain yang tingkatnya lebih konkret seperti aturan khusus, hukum, dan norma – norma semuanya juga sepedoman kepada sistem nilai budaya itu.
Hence the value of a culture system serves as the ultimate guidance for human behavior, other value systems of human behaviour  more concrete -level s ​​ such as special rules, laws, and norms are all equally guided to the cultural value system. 

Dari uraian di atas, oleh Koencaraningrat lebih ditegaskan lagi bahwa nilai ini merupakan pedoman bagi kehidupan masyarakat, nilai yang ada di dalam masyarakat desa di Desa Mandailing Natal merupakan ciri bahwa manusia itu merupakan makhluk yang beradab, karena mempunyai nilai dalam menata kehidupan.
From the above description, by Koencaraningrat more emphasized again that this value is a guideline for the life of society, the value that exist in the village community in Village of Mandailing Natal is a characteristic that the human being is a civilized being, because it has value in organizing life. 

Tinggi rendahnya suatu masyarakat akan tercermin dari nilai – nilai yang ada di masyarakat itu sendiri yang digunakan atau dilaksanakan oleh masyarakat (orang – orang) sebagai anggota kelompok masyarakat itu sendiri.
The low and up of  level of a society will be reflected in the values ​​that exist in the community itself which is used or implemented by the community (people) as members of the community group itself. 

Oleh karena itu nilai yang ada dalam masyarakat dimana kita hidup wajib ditanamkan pada anggotanya melalui proses pendidikan baik itu pendidikan formal, non formal maupun pendidikan informal.
Therefore, the value that exists in the society in which we live must be inculcated to its members through the process of education be it formal education, non formal or informal education.
 

(B)  Sikap.
(B) Attitude.

Menurut Koencaraningrat dalam bukunya, “Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan”, pengertian sikap dikemukakan,
According to Koencaraningrat in his book, "Culture, Mentality, and Development", the notion of attitude is put forward, 

“sikap adalah suatu disposisi atau mental di dalam jiwa dan diri seseorang individu untuk mereka terhadap lingkungannya, baik lingkungan manusia atau masyarakat, baik lingkungan alamiahnya, maupun lingkungan fisiknya, walaupun ada dalam diri seorang individu, sikap itu juga dipengaruhi nilai budaya dan sering juga bersumber kepada sistem nilai budaya”.
"Attitude is a disposition or mental in the soul and an individual's self to them to his environment, whether the human or society environment, both his natural environment, and his physical environment, even within an individual, the attitude is also influenced by cultural values ​​and often also sourced to the cultural value system".

Menurut Krech dan kawan – kawan dikemukakan, “sikap merupakan suatu sistem yang tetap berlangsung berkenaan dengan penilaian yang positif dan negatif, perasaan emosional dan kecenderungan pro atau kontra terhadap suatu objek”.
According to Krech et al., "attitude is a system that persists with regard to positive and negative judgments, emotional feelings and the tendency of the pros or cons of an object". 

Dari 2 (dua) konsep di atas kita dapat mengambil kesimpulan sikap atau sikap mental adalah suatu kecenderungan yang bersifat tetap yang ada pada diri seseorang atau individu atau bereaksi secara positif atau negatif terhadap kejadian yang berasal dari lingkungan.
From 2 (two) concepts above we can take conclusion of attitude or mental attitude is a permanent tendency that exist in a person or individual or react positively or negatively to the incident that come from environment. 

Sikap mental yang ada pada seseorang akan dipengaruhi oleh nilai sosial budaya atau boleh dikatakan bahwa sumber dari sikap seseorang adalah nilai sosial budaya.
Mental attitudes that exist in a person will be influenced by cultural socio values ​​or may be said that the source of one's attitude is a cultural social value. 

Dapat dikatakan bahwa antara sikap dan mental dan nilai merupakan perpaduan yang tidak dapat dipisahkan yang dipengaruhi oleh pengalaman, lingkungan, pengetahuan, kecerdasan, ketrampilan, dan perasaan seseorang terhadap lingkungannya.
It can be argued that between attitudes and mental and values ​​are an inseparable mix that is influenced by one's experience, environment, knowledge, intelligence, skills, and feelings toward his environment.

Dari uraian di atas jelas bahwa tujuan utama pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Nilai – nilai dan sikap yang terkandung dalam pendidikan nasional yaitu bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kepribadian yang mantap serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
From the above description it is clear that the main goal of national education is to educate the life of the nation and develop the whole person. The values ​​and attitudes contained  in national education are devoted to God Almighty and virtuous, possessing knowledge and skills, a solid personality and a sense of community and  nation responsibility.

Telah kita ketahui bahwa negara kita merupakan negara berkembang yang sedang membangun, baik melalui pembangunan mulai dari setiap desa – desa, untuk membangun suatu bangsa yang menuju ke masa depan haruslah berorientasi pada nilai budaya hasil karya sendiri, dalam kata lain manusia dalam pembangunan haruslah mempunyai kualitas.
We already know that our country is a developing country that is building, either through development from every village, to build a nation to the future must be oriented to cultural value of own work, in other words human being in development must have quality. 

Menurut Koencaraningrat dalam bukunya, “Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan”, dijelaskan bahwa mentalitas pembangunan dibedakan dalam  2 (dua) hal,
According to Koencaraningrat in his book, "Culture, Mentality, and Development", it is explained that the mentality of development is differentiated in 2 (two) terms,

1.      Konsep – konsep pandangan – pandangan dan sikap mental terhadap lingkungan kita yang sudah lama mengendap dalam alam pikiran kita karena pengaruh atau bersumber pada nilai budaya kita sejak beberapa generasi yang lalu (sebuah revolusi).
1. Concepts  views and mental attitudes toward our environment that have long been settled in our minds because of the influence or source of our cultural values ​​since a few generations ago (a revolution). 

2.      Konsep – konsep pandangan – pandangan dan sikap mental terhadap lingkungan kita baru tumbuh sejak zaman revolusi dan tidak bersumber pada sistem nilai budaya kita atau sikap mental yang melemahkan mentalitas dalam  pembangunan sejak revolusi / sesudah revolusi.
2. The concepts views  and mental attitudes toward our environment have only grown since the time of the revolution and have not stemmed from our cultural value system or the mental attitude that weakens mentality in development since the revolution / after the revolution.

(1)   a. Nilai budaya mengenai persepsi manusia terhadap waktu.
b. Masalah hakikat hubungan  manusia dengan alam.
c. Nilai budaya mengenai hakikat hidup dan karya manusia.
d. Nilai budaya mengenai hubungan manusia dengan sesamanya.
(1)  a. The cultural value of human perception of time.
b. The problem of the nature of human relationships with nature.
c. The cultural value of the nature of life and the work of man.
d. The cultural value of human relationships with others. 

(2)   a. Sikap mentalitas melemahkan mutu.
b. Sikap yang suka menerobos.
c. Sikap tidak percaya pada diri sendiri.
d. Sifat tidak berdisiplin murni.
e. Sifat tidak bertanggung jawab.
(2) a. The attitude of mentality weakens quality.
       b. Attitudes that like to break through.
c. Distrust of self.
d. The nature is not pure discipline.
e. Irresponsibility.

(3)   Cara merubah atau memperbaiki mentalitas yang melemahkan jiwa pembangunan,

1. Memberi contoh yang baik.

2. Memberi perangsang – perangsang yang cocok.

3. Persuasif (dengan membujuk) dan penerangan.

(3) How to change or improve the mentality that weakens the soul of development,
1. Give a good example.
2. Giving stimulants - a suitable stimulus.
3. Persuasive (with persuading) and illumination.
 

SUMBER (SOURCE) :

 1.    Tim Dosen IPS, 2002, “Diktat Pendidikan IPS di Sekolah Dasar’, PGSD Kelas Paralel

          Luar Kampus, Universitas Negeri Medan.
1.     Lecturer Team of Social Science, 2002, "Diktat of Education of Social Science in Elementary School", The Education of Teacher of Elementary School of  Parallel Class Outside Campus, State University of Medan.

2.    GOOGLE TRANSLATE.

 

diketik kembali dan diterjemahkan oleh (wrote back and translated by) Agussalim, ST bin Abdur Rahim Nasution

 

 

MAHASISWA (COLLEGE STUDENTS),

1.    AGUSSALIM, ST BIN ABDUR RAHIM NASUTION, KETUM (KETUA UMUM) MPP(G) YMR, MAJELIS PIMPINAN PUSAT (GLOBAL) YAYASAN MANDAILING RAYA, GENERAL CHAIRMAN OF THE CENTRAL (GLOBAL) LEADERSHIP ASSEMBLY OF THE GREAT MANDAILING FOUNDATION.
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar