๐๐ Subscribe : https://www.youtube.com/c/agussalimnasutionmandailing?sub_confirmation=1
MENUJU BERDIRINYA UM (UNIVERSITAS MANDAILING)TOWARDS THE ESTABLISHMENT OF MU (MANDAILING UNIVERSITY)
KISI-KISI KONTEN JURNAL ILMIAH UM (UNIVERSITAS MANDAILING)
TABLE OF SPECIFICATIONS OF THE SCIENTIFIC JOURNAL OF MU (MANDAILING UNIVERSITY)
JBAR MGB SM
(JURNAL BULANAN ANALISIS RISET MIKRON GEN BIOLOGIS SEPANJANG MASA)
THE MONTHLY JOURNAL OF RESEARCH ANALYSIS OF BIOLOGIC GEN MICRON OF ALL TIME
Maret 2015
Arahan Pendiri & Ketum (Ketua Umum)
MPP(G) YMR, Majelis Pimpinan Pusat (Global) Yayasan Mandailing Raya
Referrals from The Founder & General Chairman of
The Central (Global) Leadership Assembly of The Great Mandailing Foundation
Agussalim, ST bin Abdur Rahim Nasution
Peraturan Menteri Energi & Sumber Daya Mineral
Nomor : 07 Tahun 2014
tentang
Pelaksanaan Reklamasi & Pascatambang pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral & Batubara
Regulation of the Minister of Energy& Mineral Resources
Number 07 Year 2014
about
Implementation of Reclamation and Mine Closure on Business Activities of Mineral and Coal
tentang
Pelaksanaan Reklamasi & Pascatambang pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral & Batubara
Regulation of the Minister of Energy& Mineral Resources
Number 07 Year 2014
about
Implementation of Reclamation and Mine Closure on Business Activities of Mineral and Coal
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
Menteri Energi& Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
By The Grace of God Almighty
Minister of Energy and Mineral Resources of the Republic of Indonesia
By The Grace of God Almighty
Minister of Energy and Mineral Resources of the Republic of Indonesia
Menimbang :
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
9, Pasal 12, Pasal 15, Pasal 18, Pasal 28, Pasal 36, Pasal
43, Pasal 49, dan Pasal 51Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang
Reklamasi & Pascatambang, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi & Sumber
Daya Mineral tentang Pelaksanaan Reklamasi & Pascatambang pada
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral & Batubara.
Considering : that to implement the provisions of Article 9, Article 12, Article 15, Article 18, Article 28, Article 36, Article 43, Article 49, and Article 51 of The Government Regulation No. 78 Year 2010 on Reclamation & Post-mining, needs to be set Regulation of the Minister of Energy & Mineral Resources on Implementation of Reclamation & The post-mining of activities of Mining of Mineral & Coal.
Mengingat :
1. Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral & Batubara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4959).Given:
1. Law No. 4 Year 2009 about Mineral and Coal Mining (State
Gazette of the Republic of Indonesia Year 2009 Number 4, State Gazette of
the Republic of Indonesia Number 4959).
2. Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5059).
2. Act Number 32 of 2009 on the Protection and Management of
the Environment (State Gazette of
the Republic of Indonesia Year 2009 Number 140, Supplement to
State Gazette of the Republic of Indonesia Number 5059).
3. Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737)
3. Government Regulation No. 38 Year 2007 regarding Division of Government Affairs between the Government, Provincial Government, Regency/City Government (State Gazette of the Republic of Indonesia Year 2007 Number 82, Supplement to State Gazette of the Republic of Indonesia Number 4737).
3. Government Regulation No. 38 Year 2007 regarding Division of Government Affairs between the Government, Provincial Government, Regency/City Government (State Gazette of the Republic of Indonesia Year 2007 Number 82, Supplement to State Gazette of the Republic of Indonesia Number 4737).
4. Peraturan
Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi & Reklamasi Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 201, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4947).
4. Government Regulation No. 76
Year 2008 on Forest Rehabilitation and Reclamation (State Gazette of the Republic of
Indonesia Year 2008 Number 201,
Supplement to State Gazette of the Republic
of Indonesia Number 4947).5. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral & Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5489).
5. Government Regulation No. 23 Year 2010 on the Implementation of Mineral and Coal Mining (State Gazette of the Republic of Indonesia Year 2010 Number 29, Supplement to State Gazette of the Republic of Indonesia Number 5111) as amended twice recently by Government Regulation No. 1 Year 2014 (State Gazette Republic of Indonesia Year 2014 Number 1, Supplement to State Gazette of the Republic of Indonesia Number 5489).
6. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan & Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral & Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5142).
6. Government Regulation No. 55 Year 2010 concerning Management & Supervision of Management of Mineral and Coal Mining (State Gazette of the Republic of Indonesia Year 2010 Number 138, Supplement to State Gazette of the Republic of Indonesia Number 5142).
7. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi & Pasca Tambang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5172).
7. Government Regulation No. 78 Year 2010 on Reclamation and Mine Closure (State Gazette of the Republic of Indonesia Year 2010 Number 85, State Gazette of the Republic of Indonesia 5172).
8. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011 tanggal 18 Oktober 2011;
8. Presidential Decree Number 59 / P Year 2011 dated October 18th, 2011;
9. Peraturan Menteri Energi & Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2010 tentang Organisasi & Tata Kerja Kementerian Energi & Sumber Daya Mineral (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 552) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Energi & Sumber Daya Mineral Nomor 22 Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1022);
9. Regulation of the Minister of Energy and Mineral Resources No. 18 Year 2010 on the Organization and Administration of the Ministry of Energy and Mineral Resources (Official Gazette of the Republic of Indonesia Year 2010 No. 552) as amended by Regulation of the Minister of Energy and Mineral Resources No. 22 of 2013 ( News of the Republic of Indonesia Year 2013 No. 1022);
10. Peraturan Menteri Energi & Sumber Daya Mineral Nomor 02 Tahun 2013 tentang Pengawasan Terhadap Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi & Pemerintah Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 78).
10. Regulation of the Minister of Energy and Mineral Resources No. 02 of 2013 on the Supervision of the Implementation of the Mining Business Management conducted by the Provincial Government & Regency / City Government (Official Gazette of the Republic of Indonesia Year 2013 Number 78).
MEMUTUSKAN :
DECIDED:
Menetapkan : peraturan menteri energi & sumber daya
mineral tentang pelaksanaan reklamasi & pascatambang pada kegiatan usaha
pertambangan mineral & batubara.
REGULATION OF THE MINISTER OF
ENERGY & MINERAL RESOURCES OF RECLAMATION AND POST-MINING ON ACTIVITIES OF MINERAL
& COAL MINING.
BAB I
KETENTUAN UMUMCHAPTER I
GENERAL REQUIREMENTS
Pasal 1
Dalam Peraturan
Menteri ini yang dimaksud dengan :Article 1
Hereinafter The Ministery Regulation referred to as:
1. Reklamasi
adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk
menata, memulihkan, & memperbaiki kualitas lingkungan & ekosistem agar
dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya.
1. Reclamation is an activity
conducted throughout the stages of mining to organize, restore, & improve the
quality of the environment &
ecosystems in order to re-function in designation.
2. Kegiatan
Pascatambang, yang selanjutnya disebut Pascatambang, adalah kegiatan terencana,
sistematis, & berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha
pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam & fungsi sosial
menurut kondisi lokal di seluruh wilayah pertambangan.
2. Post-Mining Activities,
hereinafter referred to as Post-Mining, is the activities planned, systematic, &
continue after the end of part or all of the mining operations to recover the function of
the natural environment & social
functions according to local conditions in the mining area.
3. Pertambangan
adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,
pengelolaan, & pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan
umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan,
pemurnian, pengangkutan & penjualan, serta kegiatan pasca tambang.
3. Mining is part or all phases of activities within the framework of research, management, & exploitation of mineral or coal which covers general
investigation, exploration, feasibility studies, construction, mining,
processing, refining, transport & sales, as well as post-mining activities.
4. Mineral adalah
senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik & kimia
tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan,
baik dalam bentuk lepas atau padu.
4. Minerals are inorganic
compounds that are formed in nature, which has physical & chemical
properties of specific and regular crystal composition or
combination thereof that form rocks, either in the form of loose
or solid.
5. Batubara adalah
endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa
tumbuh-tumbuhan.
5. Coal is precipitated of carbonaceous
organic compound that is formed naturally from the rest of the herbs.
6. IUP Eksplorasi
adalah izin yang diberikan untuk melakukan tahapan kegiatan penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, di wilayah izin usaha pertambangan.
6. The Mining Permit of Exploration
is permission granted to undertake general investigation, exploration,
feasibility studies, in the mining permit area.
7. IUPK Eksplorasi
adalah izin yang diberikan untuk melakukan tahapan kegiatan penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, di wilayah izin usaha pertambangan khusus.
7. IUPK The Especially Mining
Permit of Exploration is a permission granted to undertake general
investigation, exploration, feasibility studies, in particular mining permit
area.
8. IUP Operasi
Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUP
Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi di wilayah izin
usaha pertambangan khusus.
8. The Mining Permit of Production
Operation is granted upon completion of The Mining Permit of Exploration to undertake
operations in the production of a
special mining permit area.
9. IUPK Operasi
Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUPK
Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi di wilayah izin
usaha pertambangan khusus.
9. The Especially Mining Permit
of Production Operations is a business permit is granted upon completion of The
Especially Mining Permit of Exploration to undertake operations in the
production of a special mining permit
area.
10. Eksplorasi
adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara
terperinci & teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas,
& sumber daya terukur dari bahan galian serta informasi mengenai lingkungan
sosial & lingkungan hidup.
10. Exploration is the stage of mining
business activities to obtain information detailed & thorough about the
location, shape, dimensions, distribution, quality, & measured resources of minerals and environmental information about
the social & environmental.
11. Studi
Kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh secara
rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukan kelayakan ekonomis &
teknis usaha pertambangan, termasuk analisis mengenai dampak lingkungan serta
perencanaan Pascatambang.
11. The Feasibility Study is the
stage of mining business activities to obtain in detail
all aspects relating to determine the economic & technical feasibility of mining, including environmental impact
assessment & planning Mine Closure.
12. Operasi
Produksi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan yang meliputi konstruksi,
penambangan, pengolahan, pemurnian, termasuk pengangkutan & penjualan,
serta sarana pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan hasil studi
kelayakan.
12. Production Operations is the
stage of mining business activities which include
construction, mining, processing, refining, including transportation &
sales, as well as a means of controlling the environmental impact in
accordance with the results of the feasibility
study.
13. Penambangan
adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi mineral dan atau
batubara & mineral ikutannya.
13. Mining is part of mining
business activities to produce mineral and or coal & associated minerals.
14. Wilayah Izin
Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut WIUP, adalah wilayah yang
diberikan kepada pemegang izin usaha pertambangan.
14. Regional of Mining Permit,
hereinafter referred WIUP (in Bahasa), is a region given to the holder of
the mining permit.
15. Wilayah Izin
Usaha Pertambangan Khusus, yang selanjutnya disebut WIUPK adalah wilayah yang
diberikan kepada pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus.
15. Special Mining Permit Areas,
hereinafter referred to WIUPK (in Bahasa) is an area given to Special Mining
Permit holders.
16. Jaminan
Reklamasi adalah dana yang disediakan oleh pemegang Izin Usaha Pertambangan
atau Izin Usaha Pertambangan Khusus sebagai jaminan untuk melakukan kegiatan
Reklamasi.
16. Reclamation Guarantee are
funds provided by holders of the Mining
Permit or Special Mining Permit as security for reclamation activities.
17. Jaminan
Pascatambang adalah dana yang disediakan oleh pemegang Izin Usaha Pertambangan
atau Izin Usaha Pertambangan Khusus sebagai jaminan untuk melakukan kegiatan
Pascatambang.
17. Post-Warranty is the funding
provided by holders of the Mining Permit or Special Mining Permit as a
guarantee for Mine Closure activities.
18. Dokumen Lingkungan
Hidup adalah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup atau upaya Pengelolaan
Lingkungan - Upaya Pemantauan Lingkungan, atau Surat Pernyataan Pengelolaan
Lingkungan.
18. Document Environment is
Environmental Impact Assessment or Environmental Management Efforts - Environmental
Monitoring, or Statement of Environmental Management.
19. Menteri adalah
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertambangan
mineral & batubara.
19. Minister is the minister who
held government affairs in the field of mineral and coal mining.
20. Direktur
Jenderal adalah Direktur Jenderal yang melaksanakan tugas & bertanggung
jawab atas perumusan serta pelaksanaan kebijakan & standardisasi teknis di
bidang mineral & batubara.
20. The Director General is the
Director General of the duties and&
is responsible for the formulation and implementation of policies & technical standardization in
the field of mineral & coal.
BAB II
PRINSIP-PRINSIP
CHAPTER II
PRINCIPLES
Pasal 2
Article 2(1) Pelaksanaan Reklamasi oleh Pemegang IUP Eksplorasi & IUPK Eksplorasi wajib memenuhi prinsip :
a. Perlindungan & pengelolaan lingkungan hidup pertambanga; dan
b. Keselamatan & kesehatan kerja.
(1) Implementation of Reclamation by The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration shall meet the following principles:
a. Environmental protection and management of Mining; and
b. Safety & health of occupational.
(2) Pelaksanaan Reklamasi & Pascatambang oleh Pemegang IUP Operasi Produksi & IUPK Operasi Produksi wajib memenuhi prinsip :
a. Perlindungan & pengelolaan lingkungan hidup Pertambangan;
b. Keselamatan & kesehatan kerja; dan
c. Konservasi mineral & batubara.
(2) Implementation of Reclamation and Mine Closure by holders of The Mining Permit of Production Operation & The Mining Permit of Production Operation shall meet the following principles:
a. Environmental protection & management of mining;
b. Safety & health of occupational; and
c. Conservation of minerals & coal.
(3) Prinsip perlindungan & pengelolaan lingkungan hidup Pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a & ayat (2) huruf a paling sedikit meliputi :
a. Perlindungan terhadap kualitas air permukaan, air tanah, air laut, & tanah serta udara berdasarkan standar baku mutu atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Perlindungan & pemulihan keanekaragaman hayati;
c. Penjaminan terhadap stabilitas & keamanan timbunan batuan samping dan atau tanah/batuan penutup, kolam tailing, lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya;
d. Pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya;
e. Memperhatikan nilai sosial & budaya setempat;
f. Perlindungan terhadap kuantitas air tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) The principle of environmental protection & management of mining as referred to in paragraph (1) letter a & paragraph (2) a minimum include:
a. Protection of the quality of surface water, ground water, sea water, & soil and air quality based standards or standard criteria of environmental damage in accordance with the provisions of the legislation;
b. Protection & restoration of biodiversity;
c. Guarantee the stability & security of the side rock pile and or overburden soil / rock, tailings pond, mined land in accordance with its designation;
d. Utilization of mined land in accordance with its designation;
e. Attention to social values & local culture;
f. Protection of ground water quantity in accordance with the provisions of the legislation.
(4) Prinsip keselamatan & kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b & ayat (2) huruf b meliputi :
a. Perlindungan keselamatan terhadap setiap pekerja / buruh; dan
b. Perlindungan setiap pekerja/buruh dari penyakit akibat kerja.
(4) The principle of safety & health of occupational as referred to in paragraph (1) letter b & paragraph (2) letter b shall include:
a. Safety protection for every worker / laborer; and
b. Protection of every worker / laborer from occupational diseases.
(5) Prinsip konservasi mineral & batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi :
a. Pertambangan yang optimum;
b. Penggunaan metode & teknologi pengolahan dan/atau pemurnian yang efektif & efisien;
c. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan marjinal, mineral kadar rendah, & mineral ikutan, serta batubara kualitas rendah; dan
d. Pendataan sumber daya serta cadangan mineral & batubara yang tidak tertambang serta sisa pengolahan dan/atau pemurnian.
(5) The principle of conservation of mineral & coal as referred to in paragraph (2) letter c includes:
a. Optimum mining;
b. The use of methods &technologies of processing and / or purification of effective and efficient;
c. Management and / or utilization of marginal reserves, low content mineral, & associated minerals, as well as low coal quality; and
d. Documenting resources of mineral reserves & coal non-minable as well as residual of processing and / or purification.
Pasal 3
(1) Pemegang IUP
Eksplorasi & IUPK Eksplorasi wajib mengintegrasikan prinsip perlindungan
& pengelolaan lingkungan hidup Pertambangan serta prinsip keselamatan &
kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), ayat (3), &
ayat (4) dengan rencana kegiatan Eksplorasi & Dokumen Lingkungan Hidup
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pemegang IUP
Operasi Produksi & IUPK Operasi Produksi wajib mengintegrasikan prinsip perlindungan
& pengelolaan lingkungan hidup Pertambangan, prinsip keselamatan &
kesehatan kerja, & prinsip konservasi mineral & batubara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), ayat (3), ayat (4), & ayat (5) dengan
perencanaan Penambangan yang disusun dalam laporan hasil Studi Kelayakan &
Dokumen Lingkungan Hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Article 3
(1) Holders of The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration shall integrate the principles of environmental protection & management of Mining and principles of safety & health of occupational as referred to in Article 2 paragraph (1), paragraph (3), & paragraph (4) with the plan of activities of Exploration & Environment Documents in accordance with the provisions of the legislation.
(2) Holders of The Mining Permit of Production Operation & The Especially Mining Permit of Production Operation shall integrate the principles of environmental protection and management of mining, principles of safety & health of occupational, & the principle of conservation of mineral & coal as referred to in Article 2 paragraph (2), paragraph (3), paragraph ( 4), paragraph (5) of the Mining planning are compiled in a report the results of the Feasibility Study & Environmental Document in accordance with the provisions of the legislation.
BAB III
Penyusunan rencana reklamasi & pascatambangCHAPTER III
PLAN OF RECLAMATION & POST MINING
Bagian Kesatu
Umum Part One
General
Pasal 4
Article 4
(1) Pemegang IUP
Eksplorasi & IUPK Eksplorasi sebelum melakukan kegiatan eksplorasi wajib
menyusun rencana Reklamasi tahap Eksplorasi berdasarkan Dokumen Lingkungan
Hidup yang telah disetujui oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan & pengelolaan
lingkungan hidup.
(1) Holders of The Mining Permit of Exploration & The
Especially Mining Permit of Exploration before exploration activities required
to prepare a plan of Reclamation of Exploration
stage based Environment Document approved by the competent authority in
accordance with the provisions of the
legislation in the field of
environmental protection and management. (2) Rencana Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), ayat (3), & ayat (4) serta harus mempertimbangkan :
a. Metode eksplorasi.
b. Kondisi spesifik wilayah setempat.
c. Ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Reclamation Plan of Exploration phase referred to in paragraph (1) shall comply with the principles referred to in Article 2 paragraph (1), paragraph (3), & paragraph (4) and should consider :
a. Exploration methods.
b. Specific conditions of the local area.
c. The provisions of the legislation.
Pasal 5
Article 5
(1)
Metode Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a, antara
lain meliputi kegiatan :
a. Pemetaan
geologi;b. Pemercontohan dengan jarak yang lebar;
c. Pengeboran.
(1) Exploration method referred to in Article 4 paragraph (2) letter a, include the following activities :
a. Geological mapping;
b. Sampling of a wide range;
c. Drilling.
(2) Kegiatan Eksplorasi dengan metode Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menyebabkan lahan terganggu, antara lain meliputi lubang pengeboran, sumur uji, parit uji, dan/atau fasilitas penunjang Eksplorasi.
(2) Exploration Activities with Exploration method referred to in paragraph (1) may cause disturbed land, among others, include hole drilling, well testing, test trenches, and / or Exploration supporting facilities.
Pasal 6
Article 6
(1) Pemegang IUP
Eksplorasi & IUPK Eksplorasi yang telah menyelesaikan kegiatan Studi
Kelayakan wajib menyusun rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi & rencana
Pasca Tambang berdasarkan Dokumen Lingkungan Hidup yang telah disetujui oleh
instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perlindungan & pengelolaan lingkungan hidup.
(1) Holders of The Mining Permit of Exploration & The
Especially Mining Permit of Exploration has completed the Feasibility Study
activities required to prepare a plan of
Reclamation of phase of Production Operations & Mine Closure plan based
Environment Document approved by the competent authority in accordance with the
provisions of the legislation in the
field of life environmental protection & management.(2) Rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi & rencana Pascatambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), ayat (3), ayat (4), & ayat (5) serta harus mempertimbangkan :
a. Sistem & metode penambangan berdasarkan hasil Studi Kelayakan;
b. Kondisi spesifik wilayah setempat; dan
c. Ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Reclamation Plan of phase of Production Operations and Mine Closure plan referred to in paragraph (1) shall comply with the principles referred to in Article 2 paragraph (2), paragraph (3), paraghraph (4), & paragraph (5) and should consider :
a. System & method of mining based on the results of the Feasibility Study;
b. Specific conditions of the local area; and
c. The provisions of the legislation.
Pasal 7
Article 7
(1) Sistem &
metode Penambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a meliputi
:
a. Tambang
terbuka; dan b. Tambang bawah tanah.
(1) The system and method of mining as referred to in Article 6 paragraph (2) letter a cover :
a. Open pit mines; and
b. Underground mines.
(2) Kegiatan Operasi Produksi dengan sistem & metode Penambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menyebabkan lahan terganggu, antara lain meliputi :
a. Area penambangan;
b. Tempat penimbunan batuan samping dan/atau tanah/batuan penutup;
c. Tempat penimbunan tanah zona pengakaran;
d. Tempat penimbunan komoditas tambang;
e. Jalan tambang dan/atau jalan angkut;
f. Instalasi & fasilitas pengolahan dan/atau pemurnian;
g. Fasilitas penunjang;
h. Kantor & perumahan;
i. Pelabuhan khusus/dermaga; dan/atau
j. Lahan penimbunan dan/atau pengendapan tailing.
2) The Production Operation activity with the system & method of mining as referred to in paragraph (1) may cause disturbed land, among others, include :
a. Mining area;
b. Side rock dumps and / or covers soil / rock;
c. Landfill sites of rooting zone;
d. Landfill of mining commodities;
e. Mining roads and/or transport road;
f. Installation & processing facilities and / or purification;
g. Supporting facilities;
h. Offices & housing;
i. Special of port / dock; and / or
j. Hoarding land and / or deposition of tailings.
Pasal 8
Article 8
Kondisi spesifik
wilayah setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b &
Pasal 6 ayat (2) huruf b meliputi :
a. Status lahan;b. Bentuk ekosistem;
c. Kondisi keanekaragaman hayati; dan
d. Kondisi sosial & budaya.
Specific conditions of the local area as referred to in Article 4 paragraph (2) letter b & Article 6 paragraph (2) letter b shall include :
a. Land status;
b. Shape of ecosystems;
c. The condition of biodiversity; and
d. Social & cultural conditions.
Pasal 9
Article 9
Ketentuan
peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf
c & Pasal 6 ayat (2) huruf c antara lain meliputi ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang kehutanan, wilayah pesisir, & pulau-pulau
kecil sepanjang berkaitan dengan Reklamasi & Pascatambang.
The provisions of the legislation referred to in Article 4
paragraph (2) letter c & Article 6 paragraph (2) letter c, among others,
include the provision of legislation in the field of forestry, coastal zones, & small islands along
relating to Reclamation & Post-mining.
Bagian Kedua
Penyusunan Rencana
ReklamasiPart Two
Preparation of Reclamation Plan
Paragraf 1
Rencana Reklamasi
Tahap EksplorasiParagraph 1
Reclamation Plan of Stage of Exploration
Pasal 10
Article 10
(1) Pemegang IUP
Eksplorasi & IUPK Eksplorasi wajib menyusun rencana Reklamasi tahap
Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) sesuai dengan jangka
waktu kegiatan Eksplorasi dengan rincian tahunan.
(1) Holders of The Mining Permit of Exploration & The
Especially Mining of Exploration
required to prepare a plan of
Reclamation of Exploration phase referred to in Article 4 paragraph (1) with
the term of the Exploration activities with
annual details.(2) Rencana Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Tata guna lahan sebelum & sesudah kegiatan Eksplorasi;
b. Rencana pembukaan lahan kegiatan Eksplorasi yang menyebabkan lahan terganggu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2);
c. Program Reklamasi tahap Eksplorasi;
d. Kriteria keberhasilan Reklamasi tahap Eksplorasi meliputi standar keberhasilan penatagunaan lahan, revegetasi, & penyelesaian akhir; dan
e. Rencana biaya Reklamasi tahap Eksplorasi.
(2) Reclamation Plan of Exploration phase referred to in paragraph (1) consist of :
a. Land use before and after the exploration activities;
b. Exploration activities land clearing plan that causes disturbed land as referred to in Article 5 (2);
c. Reclamation Program of Exploration stage;
d. Reclamation success criteriaof the exploration phase include of the successful standard of land use, revegetation, & the final settlement; and
e. Plan of Reclamation costs of Exploration stage.
(3) Rencana biaya Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e dihitung berdasarkan :
a. Biaya langsung, terdiri atas biaya :
1. Penatagunaan lahan; dan
2. Revegetasi.
b. Biaya tidak langsung, terdiri atas biaya :
1. Mobilisasi & demobilisasi alat;
2. Perencanaan Reklamasi;
3. Administrasi & keuntungan pihak ketiga sebagai pelaksana Reklamasi tahap Eksplorasi; dan
4. Supervisi.
(3) The plan of costs of Reclamation of Exploration phase referred to in paragraph (2) letters e calculated based on :
a. Direct costs consist of the cost of :
1. The administration of the land; and
2. revegetation.
b. Indirect costs, consisting of costs :
1. Mobilization & demobilization of tools;
2. Planning Reclamation;
3. Administration & prof it of third parties as executor of Reclamation of Exploration stage; and
4. Supervision.
(4) Rencana biaya Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus menutup seluruh biaya pelaksanaan Reklamasi tahap Eksplorasi termasuk pelaksanaan Reklamasi tahap Eksplorasi yang dilakukan oleh pihak ketiga.
(4) The plan of costs of Reclamation of Exploration phase referred to in paragraph (3) should cover the entire cost of the implementation of Reclamation of phase of exploration including implementation of Reclamation of exploration phase carried out by third parties.
(5) Penentuan biaya Reklamasi tahap Eksplorasi dihitung berdasarkan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi seluas lahan yang dibuka untuk kegiatan Eksplorasi.
(5) The determination of costs of Reclamation of the stage of exploration is calculated based on Reclamation plan of the stage of exploration on area of land opened for exploration activities.
Pasal 11
Article 11
(1)
Pemegang IUP Eksplorasi & IUPK Eksplorasi wajib menyampaikan rencana
Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dalam Pasal 10 kepada menteri melalui
Direktur Jenderal, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya dalam
jangka waktu paling lambat 45 (empat puluh lima hari) hari kalender sebelum
memulai kegiatan Eksplorasi.
(1) Holders of The Mining Permit of Exploration & The Especially
Mining Permit of Exploration shall submit a plan of Reclamation of Exploration
stage as in Article 10 to the Minister through the Director General, governor
or regent / mayor in accordance with its authority within a period not later
than 45 (forty five days) calendar days before the start of activities Exploration.
(2) Rencana
Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sesuai
dengan Pedoman Penyusunan Rencana Reklamasi Tahap Eksplorasi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
(2) Reclamation Plan of
Exploration phase referred to in paragraph (1) shall be prepared in accordance
with the Guidelines for Preparation of Exploration Phase Reclamation Plan as
contained in Annex I, which is an integral part of this
regulation.
Paragraf 2
Rencana Reklamasi
Tahap Operasi ProduksiParagraph 2
Reclamation Plan of Phase of Production Operations
Pasal 12
Article 12
(1) Pemegang IUP
Eksplorasi & IUPK Eksplorasi wajib menyusun rencana Reklamasi tahap Operasi
Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) untuk jangka waktu 5
(lima) tahun dengan rincian tahunan.
(1) Holders of The
Mining Permit of Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration have mandatory to make Reclamation
plan of Production Operation as referred to in Article 6 paragraph (1) for a
period of 5 (five) years with annual details. (2) Dalam hal umur tambang kurang dari 5 (lima) tahun, rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) disusun sesuai dengan umur tambang.
(2) And the event that a mine life of less than 5 (five) years and Reclamation plan of stage of Production Operation as referred to in Article 6 paragraph (1) shall be prepared in accordance with the mine life.
(3) Rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) & ayat (2), meliputi :
a. Tata guna lahan sebelum & sesudah kegiatan tahap Operasi Produksi;
b. Rencana pembukaan lahan untuk kegiatan tahap Operasi Produksi yang menyebabkan lahan terganggu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2);
c. Program Reklamasi tahap Operasi Produksi;
d. Kriteria keberhasilan Reklamasi tahap Operasi Produksi meliputi standar keberhasilan penatagunaan lahan, revegetasi, pekerjaan sipil, & penyelesaian akhir; dan
e. Rencana biaya Reklamasi tahap Operasi Produksi.
(3) Production Operations phase Reclamation Plan as referred to in paragraph (1) and paragraph (2), include:
a. Land use before & after the activity of stage of Production Operation;
b. Plans for the land clearing of stage of Production Operation activities that lead areas disturbed as referred to in Article 7 paragraph (2);
c. Reclamation program of stage of Production Operation;
d. Reclamation success criteria of stage of Production Operation include the successful standard of land use, revegetation, civil works, & the final settlement; and
e. Reclamation costs plan of stage of Production Operation.
(4) Program Reklamasi tahap Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dapat dilakukan dalam bentuk revegetasi dan/atau peruntukan lainnya.
4) Reclamation Program of Production Operations phase referred to in paragraph (3) letter c can be done in the form of revegetation and / or other designation.
(5) Peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat berupa :
a. Area permukiman.
b. Pariwisata.
c. Sumber air; atau
d. Area pembudidayaan.
(5) Other Designation as referred to in paragraph (4) can be :
a. Area of settlements.
b. Tourism.
c. Water sources; or
d. Area of cultivation.
(6) Dalam hal pelaksanaan kegiatan Penambangan secara teknis meninggalkan lubang bekas tambang, maka wajib dibuat rencana pemanfaatan lubang bekas tambang meliputi :
a. Stabilisasi lereng;
b. Pengamanan lubang bekas tambang (void);
c. Pemulihan & pemantauan kualitas air serta pengelolaan air dalam lubang bekas tambang (void) sesuai dengan peruntukannya; dan
d. Pemeliharaan lubang bekas tambang.
(6) and the case of the implementation of the mining activities are technically left the pits, then it must be made plan pits use include:
a. Slope stabilization;
b. Securing pits (void);
c. Recovery & monitoring of water quality and water management in the pits (voids) and accordance with its designation; and
d. Maintenance of pits.
(7) Rencana biaya Reklamasi tahap Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e dihitung berdasarkan :
a. Biaya langsung, terdiri atas biaya :
1. Penatagunaan lahan.
2. Revegetasi.
3. Pencegahan & penanggulangan air asam tambang; dan
4. Pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan Pascatambang; atau
5. Pemanfaatan lubang bekas tambang.
b. Biaya tidak langsung, terdiri atas biaya :
1. Mobilisasi & demobilisasi alat;
2. Perencanaan Reklamasi;
3. Administrasi & keuntungan pihak ketiga sebagai pelaksana Reklamasi tahap Operasi Produksi;
4. Supervisi.
(7) Plan Reclamation costs of Production Operation stage as referred to in paragraph (3) letter e is calculated by :
a. Direct costs consist of the cost of :
1. The administration of land.
2. revegetation.
3. Prevention & reduction of acid mine drainage; and
4. Civil Work appropriate Post-Mining land use; or
5. The use of pits.
b. Indirect costs, consisting of costs:
1. Mobilization & demobilization of tools;
2. Planning Reclamation;
3. Administration & prof it of third parties as the executor of Reclamation of stage of Production Operation;
4. Supervision.
(8) Rencana biaya Reklamasi tahap Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) harus menutup seluruh biaya pelaksanaan Reklamasi tahap Operasi Produksi termasuk pelaksanaan Reklamasi tahap Operasi Produksi yang dilakukan oleh pihak ketiga.
(8) Plan of Reclamation costs of Production Operation stage as referred to in paragraph (7) should cover the entire cost of the Reclamation implementation of phase of Reclamation of Production Operation including the implementation of stage of Production Operation conducted by a third party.
(9) Penentuan biaya Reklamasi tahap Operasi Produksi pada periode 5 (lima) tahun pertama dihitung berdasarkan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi seluas lahan yang dibuka pada periode 5 (lima) tahun pertama untuk kegiatan Operasi Produksi.
(9) The determination of the cost of Reclamation of stage of Production Operation in the period of the first 5 (five) years and calculated based on Reclamation plan of stage of Production Operation area of land cleared in the period of first 5 (five) years for Production Operations.
Pasal 13
Article 13
(1) Pemegang IUP
Eksplorasi & IUPK Eksplorasi wajib menyampaikan rencana Reklamasi tahap
Operasi Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 bersamaan dengan pengajuan
permohonan IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi kepada menteri
melalui Direktur Jenderal, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(1) Holders of The Mining Permit
of Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration shall submit a
plan of Reclamation of stage of Production Operation as referred to in Article
12 in conjunction with the filing of The Mining Permit of Production Operation or The
Especially Mining Permit of Production Operation to the Minister through the
Director General, governor or regent / mayor in accordance with their authority. (2) Rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sesuai dengan Pedoman Penyusunan Rencana Reklamasi Tahap Operasi Produksi sebagai tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Reclamation Plan of Production Operations phase referred to in paragraph (1) shall be prepared in accordance with the Guidelines for Preparation of Reclamation Plan of Phase of Production Operations as contained in Annex II, which is an integral part of this regulation.
Pasal 14
Article 14
Dalam hal kegiatan
Reklamasi tahap Operasi Produksi berada di laut maka rencana Reklamasi tahap
Operasi Produksi pada wilayah tersebut wajib disampaikan dengan memuat kegiatan
yang meliputi :
a. Pengelolaan
kualitas air laut;b. Penanggulangan terhadap abrasi dan/atau pendangkalan pantai;
c. Perlindungan keanekaragaman hayati.
In the case of reclamation activities are Production Operation stage in the sea The Reclamation Plan of stage Production Operation in the region must be submitted with a load of activities that include :
a. Sea water quality management;
b. Counter measures against abrasion and / or silting beach;
c. The protection of biodiversity.
Pasal 15
Article 15
Pemegang IUP
Operasi Produksi & IUPK Operasi Produksi wajib menyampaikan rencana
Reklamasi tahap Operasi Produksi periode 5 (lima) tahun berikutnya kepada
menteri melalui Direktur Jenderal, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya dalam jangka waktu paling lambat 45 (empat puluh lima) hari
kalender sebelum berakhirnya pelaksanaan Reklamasi tahap Operasi Produksi
periode 5 (lima) tahun sebelumnya.
Holders of The
Mining Permit of Production Operation & The Especially Mining Permit of Production Operation shall submit a plan of Reclamation of stage of
Production Operation of period of 5 (five) years subsequent to the minister
through the Director-General, governor or regent / mayor in accordance with the
authority within a period not later than 45 (forty five) calendar days before
the expiry of the implementation of
the Reclamation of stage of Production Operation
of period of 5
(five) years earlier.
Bagian Ketiga
Penyusunan Rencana
PascatambangPart Three
Preparation of Mine Closure Plans
Pasal 16
Article 16
(1) Pemegang IUP
Eksplorasi & IUPK Eksplorasi wajib menyusun rencana Pascatambang
berdasarkan Studi Kelayakan & Dokumen Lingkungan Hidup yang telah disetujui
oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perlindungan & pengelolaan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) sebagai persyaratan untuk
mendapatkan IUP Operasi Produksi & IUPK Operasi Produksi.
(2) Rencana
Pascatambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat : a. Profil wilayah, meliputi :
1. Lokasi & kesampaian wilayah;
2. Kepemilikan & peruntukan lahan;
3. Rona lingkungan awal, meliputi peruntukan lahan, morfologi, air permukaan, air tanah, biologi akuatik & terestrial, serta sosial, budaya, & ekonomi sesuai dengan Dokumen Lingkungan Hidup yang telah disetujui;
4. Kegiatan lain di sekitar tambang.
b. Deskripsi kegiatan pertambangan, meliputi keadaan cadangan awal, sistem & metode penambangan, pengolahan dan/atau pemurnian, serta fasilitas penunjang.
c. Rona lingkungan akhir Pascatambang, meliputi keadaan cadangan tersisa, peruntukan lahan, morfologi, air permukaan & air tanah, biologi akuatik & terestrial, serta sosial, budaya, & ekonomi.
d. Program Pascatambang meliputi :
1. Reklamasi pada lahan bekas tambang & lahan di luar bekas tambang;
2. Pengembangan sosial, budaya, & ekonomi;
3. Pemeliharaan hasil Reklamasi; dan
4. Pemantauan.
e. Organisasi, termasuk jadwal pelaksanaan Pascatambang;
f. Kriteria keberhasilan Pascatambang, meliputi standar keberhasilan pada tapak bekas tambang, fasilitas pengolahan dan/atau pemurnian, fasilitas penunjang, & pemantauan; dan
g. Rencana biaya Pascatambang.
(3) Rencana biaya Pascatambang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hurug g dihitung berdasarkan :
a. Biaya langsung, terdiri atas biaya :
1. Pada tapak bekas tambang, terdiri atas biaya :
a). Pembongkaran;
b). Reklamasi;
c). Pengamanan semua bukaan tambang.
2. Pada fasilitas pengolahan dan/atau pemurnian, terdiri atas biaya :
a). Pembongkaran;
b). Reklamasi;
c). Pemulihan (remediasi) tanah yang terkontaminasi.
3. Pada fasilitas penunjang terdiri atas biaya :
a). Pembongkaran;
a). Demolition;
b). Reklamasi;
c). Penanganan bahan bakar minyak, pelumas, serta bahan kimia;
d) pemulihan (remediasi) tanah yang terkontaminasi.
b. Biaya tidak langsung, terdiri atas biaya :
4. Pengembangan sosial, budaya, & ekonomi.
5. Pemeliharaan.
6. Pemantauan.
1. Mobilisasi & demobilisasi alat;
2. Perencanaan Pascatambang;
3. Administrasi & keuntungan pihak ketiga sebagai pelaksana Pascatambang; dan
4. Supervisi.
(4) Biaya pengembangan sosial, budaya, & ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a angka 4 diatur dalam rangka meningkatkan kewirausahaan setelah memasuki Pascatambang.
(5) Rencana biaya Pascatambang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus mempertimbangkan nilai uang masa depan pada saat pelaksanaan Pascatambang.
(6) Nilai uang masa depan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) mengacu pada suku bunga obligasi Pemerintah apabila mata uang dalam Rupiah atau suku bunga obligasi Dolar Amerika Serikat apabila mata uang dalam Dolar Amerika Serikat.
(7) Rencana biaya Pascatambang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus menutup seluruh biaya pelaksanaan Pascatambang yang dilakukan oleh pihak ketiga.
(1) Holders of The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration shall draw up a plan of Mine Closure based on the Feasibility Study & Environmental Documents which have been approved by the competent authority in accordance with the provisions of the legislation in the field of environmental protection and management as referred to in Article 6 paragraph (1) as a requirement to obtain The Mining Permit of Production Operation and The Especially Mining Permit of Production Operation.
(2) Mine Closure Plan as referred to in paragraph (1) shall contain :
a. Prof ile of regions, include:
1. Location & accomplished territory;
2. Ownership & land use;
3. Rona (in Bahasa) in early environment, including land use, morphology, surface water, groundwater, aquatic &terrestrial biology, as well as social, cultural, & economic accordance with the Environment Document approved;
4. Other activities in the vicinity of the mine.
b. Description of mining activities, including the state of the initial backup, the system & method of mining, processing and / or purification, as well as supporting facilities.
c. Post-mining End environmental setting, covering the state of the remaining reserves, land use, morphology, surface water & groundwater, aquatic & terrestrial biology, as well as social, cultural, & economic.
d. Mine Closure Program include:
1. Reclamation on mined land & land outside the former mine;
2. The development of social, cultural, and economic;
3. Maintenance of the results of Reclamation; and
4. Monitoring.
e. Organizations, including the schedule of implementation of Mine Closure;
f. Post-Minins success criteria, including standard of success on the footprint of ex-mining, processing and / or purification facilities, supporting facilities, and monitoring; and
g. Post-Mining cost plans.
(3) Plan for Mine Closure costs referred to in paragraph (2) letter g calculated based on:
a. Direct costs consist of the cost of :
1. In the former mine site, consists of the cost of :
a). Demolition;
b). Reclamation;
c). Securing all mine openings.
2. At the processing facility and / or purification, consists of the cost of :
a). Demolition;
b). Reclamation;
c). Recovery (remediation) of contaminated soil.
3. In the supporting facilities consist of costs:
b). Reclamation;
c). Handling fuel, lubricants, and chemicals;
d) recovery (remediation) of contaminated soil.
4. The development of social, cultural, and economic.
5. Maintenance.
6. Monitoring.
b. Indirect costs, consisting of costs:
1. Mobilization and demobilization of tools;
2. Mine Closure Planning;
3. Administration and prof it third parties as executor Mine Closure; and
4. Supervision.
(4) Cost of social development, culture, and economy as referred to in paragraph (3) letter a number 4 is set in order to improve the entrepreneurial after entering the Mine Closure.
(5) Plan for Mine Closure costs referred to in paragraph (3) must consider the future value of money at the time of implementation of the Mine Closure.
(6) The value of future money referred to in paragraph (5) refers to the interest rates on government bonds if the currency in the amount of Rupiah or the interest rate US dollar bonds if the currency in US Dollars.
(7) Plan for Mine Closure costs referred to in paragraph (3) should cover the entire cost of the implementation of the Mine Closure performed by third parties.
Article 17
(1) Pemegang IUP
Eksplorasi & IUPK Eksplorasi dalam menyusun rencana Pascatambang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 harus berkonsultasi dengan pemangku
kepentingan.
(2) Pemangku
kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :a. Kementerian Energi & Sumber Daya Mineral, dinas teknis pemerintah provinsi, dan/atau dinas teknis pemerintah Kabupaten/kota yang membidangi pertambangan mineral & batubara;
b. Instansi terkait lainnya; dan
c. Masyarakat yang akan terkena dampak langsung akibat kegiatan usaha pertambangan.
(3) Hasil konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dibuat dalam bentuk berita acara yang ditandatangani oleh para pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(1) Holders of The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration in Mine Closure plan referred to in Article 16 should consult with stakeholders.
(2) Stakeholders referred to in paragraph (1) shall consist of :
a. Ministry of Energy and Mineral Resources, the provincial government technical agencies, and / or technical services of district / municipal government in charge of mineral and coal mining;
b. Other relevant agencies; and
c. People who will be directly affected as a result of mining activities.
(3) The results of the consultation referred to in paragraph (1) shall be made in an official report signed by the stakeholders as referred to in paragraph (2).
Pasal 18
Article 18
(1) Pemegang IUP
Eksplorasi & IUPK Eksplorasi wajib menyampaikan rencana Pascatambang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 disertai dengan berita acara hasil konsultasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) bersamaan dengan pengajuan
permohonan IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi kepada menteri
melalui Direktur Jenderal, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(1) Holders of The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining
Permit of Exploration of Mine Closure shall submit a plan as referred to in
Article 16, accompanied by the minutes of the
results of the consultation
referred to in Article 17 paragraph (3) and conjunction with the application
for The Mining Permit of Production Operation or The Especially Mining Permit
of Production Operation to the Minister through the Director General, governor
or regent / mayor in accordance with their authority. (2) Rencana Pascatambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sesuai dengan Pedoman Penyusunan Rencana Pascatambang sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Mine Closure Plan as referred to in paragraph (1) shall be prepared in accordance with the Guidelines for Mine Closure Plan as contained in Annex III which is an integral part of this regulation.
Pasal 19
Article 19
(1) Direktur
Jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya memberikan penilaian & persetujuan atas rencana Reklamasi
tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dalam jangka waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak diterimanya rencana Reklamasi tahap
Eksplorasi, tidak termasuk jumlah hari yang diperlukan untuk penyempurnaan
rencana Reklamasi tahap Eksplorasi.
(1) The Director General on behalf of the
minister, governor or regent / mayor in accordance with their authority
provides assessment & approval of plan of Reclamation of Exploration phase
referred to in Article 11 within a period of
30 (thirty) calendar days from receipt
of Reclamation plans of Exploration stage , not
including the number of days required for the completion of Exploration
phase Reclamation plan.(2) Dalam hal rencana Reklamasi tahap Eksplorasi belum memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Direktur Jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mengembalikan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi kepada pemegang IUP Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi untuk disempurnakan.
(2) And the case of Reclamation plan of Exploration stage do not meet the provisions referred to in Article 10, the Director-General on behalf of the minister, governor or regent / mayor in accordance with the authority restore The Reclamation plan of Exploration stage to the holders of The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration to be refined.
(3) Pemegang IUP Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi wajib menyampaikan kembali rencana Reklamasi tahap Eksplorasi yang telah disempurnakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Menteri melalui Direktur Jenderal, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal pengembalian rencana Reklamasi tahap Eksplorasi.
(3) Holders of The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration shall submit its plan of Reclamation of Exploration stage has been enhanced as described in paragraph (2) to the Minister through the Director General, governor or regent / mayor in accordance with the authority within a maximum period of 30 (thirty ) calendar days from the date of return of Reclamation plan of Exploration stage.
(4) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak diterimanya rencana Reklamasi tahap Eksplorasi, Direktur Jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya tidak memberikan saran penyempurnaan atau persetujuan, maka rencana Reklamasi tahap Eksplorasi yang disampaikan dianggap disetujui.
(4) If within thirty (30) calendar days from receipt of Reclamation plan of Exploration stage, the Director-General on behalf of the minister, governor or regent / mayor in accordance with the authority does not provide suggestions for improvements or approval, then the Exploration phase Reclamation plan submitted considered approved.
Pasal 20
Article 20
(1) Pemegang IUP
Eksplorasi & IUPK Eksplorasi wajib melakukan perubahan atas rencana
Reklamasi tahap Eksplorasi yang telah disetujui sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 apabila terjadi perubahan rencana Eksplorasi & Dokumen Lingkungan
Hidup.
(1) Holders of The Mining Permit of
Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration shall make
changes to the reclamation plan of Exploration stage approved as referred to in
Article 19 in the event of a change
of plan of Exploration &
Environment Document.
(2) Perubahan
rencana Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada menteri melalui direktur jenderal, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lambat
180 (seratus delapan puluh) hari kalender sebelum pelaksanaan Reklamasi tahap
Eksplorasi periode tahun berikutnya.(2) Changes in Reclamation plans of Exploration phase referred to in paragraph(1) shall be submitted to the minister by the director general, governor or Regent/mayor in accordance with the authority within a maximum period of 180 (one hundred eighty) calendar days prior to the implementation of the Reclamation of phase of Exploration period next year.
(3) Direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya memberikan penilaian & persetujuan atas perubahan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak diterimanya perubahan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi, tidak termasuk jumlah hari yang diperlukan untuk penyempurnaan perubahan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi.
(3) The Director General on behalf of the minister, governor or Regent/mayor in accordance with their authority provides assessment & approval for the change of plan of Reclamation of Exploration phase referred to in paragraph (2) within a period of 30 (thirty) calendar days from receipt of plan change of Reclamation of Exploration phase, not including the number of days required for the completion of the change of plan of Reclamation of Exploration phase.
(4) Dalam hal perubahan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi belum memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mengembalikan perubahan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi kepada pemegang IUP Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi untuk disempurnakan.
(4) And the event of a change of plan of Reclamation of Exploration stage do not meet the provisions referred to in Article 10, the director general on behalf of the minister, governor or Regent/mayor in accordance with their authority to restore plan changes of Reclamation of Exploration phase to the holders of The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration to be refined.
(5) Pemegang IUP Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi wajib menyampaikan kembali perubahan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi yang telah disempurnakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada menteri melalui direktur jenderal, gubernur, Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal pengembalian perubahan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi.
(5) Holders of The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration shall submit back Reclamation plan changes of Exploration stage that have been refined as referred to in paragraph (4) to the minister through the director general, governor, Regent/mayor in accordance with the authority within a maximum period of 30 (thirty ) calendar days from the date of return on plan change of Reclamation of Exploration phase.
6) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak diterimanya perubahan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi atau penyempurnaan perubahan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi, direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya tidak memberikan saran penyempurnaan atau persetujuan, maka perubahan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi yang disampaikan dianggap disetujui.
(6) If within thirty (30) calendar days after receipt of the reclamation plan changes of Exploration phase or improvement of change of plan of Reclamation of Exploration phase, the director-general on behalf of the minister, the governor, Regent/mayor in accordance with the authority does not provide suggestions for improvements or approval, then Reclamation plan change of the Exploration phase submitted is considered approved.
Pasal 21
Article 21
Persetujuan
rencana Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 &
Pasal 20 termasuk di dalamnya penetapan besaran jaminan Reklamasi tahap
Eksplorasi sesuai jangka waktu Eksplorasi dengan rincian tahunan.
Reclamation plan approval of stage of
Exploration as referred to in Article 19 & Article 20 including the
determination of the amount of collateral of Reclamation of Exploration phase of the exploration period in accordance with annual
details.
Paragraf 2
Penilaian &
Persetujuan Rencana Reklamasi Tahap Operasi Produksi
Paragraph 2Assessment & Approval of Plan of Reclamation of Phase of Production Operation
Pasal 22
Article 22
(1) Direktur jenderal
atas nama menteri, gubernur, Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
memberikan penilaian & persetujuan atas rencana Reklamasi tahap Operasi
Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dalam jangka waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari kalender sejak IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi
Produksi diterbitkan, tidak termasuk jumlah hari yang diperlukan untuk
penyempurnaan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi.
(1) The Director General on behalf of the
minister, the governor, Regent/mayor in accordance with their authority
provides assessment & approval of the
plan of Reclamation of stage of Production Operation as referred to in Article 13 within a period
of thirty (30) calendar days The Mining
Permit of Production Operation or The
Especially Mining Permit of Production Operation were published, not including the number
of days required for the completion
of Reclamation plan of stage of Production Operation . (2) Dalam hal Rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi belum memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mengembalikan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi kepada pemegang IUP Operasi Produksi & untuk disempurnakan.
(2) And the case of Reclamation Plan of stage of Production Operation has not met the conditions referred to in Article 12, the director general on behalf of the minister, governor or Regent/mayor in accordance with the authority restore Reclamation plan of stage of Production Operation to the holders of The Mining Permit of Production Operation & to be refined.
(3) Pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi wajib menyampaikan kembali rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi yang telah disempurnakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada menteri melalui direktur jenderal, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal pengembalian rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi.
(3) Holders of The Mining Permit of Production Operation or The Especially Mining Permit of Production Operation shall submit its plan of Reclamation of stage of Production Operation has been enhanced as described in paragraph (2) to the minister through the director general, governor or Regent/mayor in accordance with the authority within a maximum period of 30 (thirty) calendar days from the date of return of Reclamation plan of stage of Production Operation.
(4) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi diterbitkan atau sejak diterimanya penyempurnaan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi, direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya tidak memberikan persetujuan atas saran penyempurnaan, maka rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi yang disampaikan dianggap disetujui.
(4) If within thirty (30) calendar days The Mining Permit of Production Operation or The Especially Mining Permit of Production Operation issued or the receipt of refinement of the Reclamation plan of stage of Production Operation, the director-general on behalf of the minister, governor or Regent/mayor in accordance with the authority does not provide approval of suggestions for improvements, the reclamation plan of stages of Production Operation submitted is considered approved.
Pasal 23
Article 23
(1) Pemegang IUP
Operasi Produksi & IUPK Operasi Produksi wajib melakukan perubahan atas
rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi yang telah disetujui sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 apabila terjadi perubahan atas,
a. Sistem &
metoda penambangan;b. Kapasitas produksi;
c. Umur tambang;
d. Tata guna lahan; dan/atau
e. Dokumen Lingkungan Hidup yang telah disetujui oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang perlindungan & pengelolaan lingkungan hidup.
(1) Holders of The Mining Permit of Production Operation or The Especially Mining Permit of Production Operation obliged to make changes to the plan of Reclamation of stage of Production Operation which has been approved as referred to in Article 22 in the event of a change over,
a. The system & method of mining;
b. Production capacity;
c. Mine life;
d. Land use; and / or
e. Environmental documents that have been approved by the competent authority in accordance with the provisions of the legislation in the field of environmental protection & management.
(2) Perubahan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada menteri melalui direktur jenderal, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lambat 180 (seratus delapan puluh) hari kalender sebelum pelaksanaan Reklamasi tahap Operasi Produksi tahun berikutnya.
(2) Changes in Production Operation phase Reclamation plan as referred to in paragraph (1) shall be submitted to the minister by the director general, governor or Regent/mayor in accordance with the authority within a maximum period of 180 (one hundred eighty) calendar days prior to the implementation of Reclamation of phase of Production Operation next year.
(3) Direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya memberikan penilaian & persetujuan atas perubahan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak diterimanya perubahan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi, tidak termasuk jumlah hari yang diperlukan untuk penyempurnaan perubahan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi.
(3) The Director General on behalf of the minister, governor or Regent/mayor in accordance with their authority provides assessment & approval for the change of plan of Reclamation of stage of Production Operation as referred to in paragraph (2) within a period of 30 (thirty) calendar days from receipt Reclamation plans change of stage of Production Operation , not including the number of days required for the completion of the change of plan of Reclamation of stage of Production Operation.
(4) Dalam hal perubahan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi belum memenuhi ketentuan sebagaimana dalam Pasal 12, direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mengembalikan perubahan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi kepada pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi untuk disempurnakan.
(4) And the event of a change of plan of Reclamation of stage of Production Operation has not met the provisions of Article 12, the director general on behalf of the minister, governor or Regent/mayor in accordance with their authority to restore Reclamation plan changes of phase of Production Operation to the holders of The Mining Permit of Production Operation & The Especially Mining Permit of Production Operation to be refined.
(5) Pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi wajib menyampaikan kembali perubahan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi yang telah disempurnakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada menteri melalui Direktur Jenderal, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal pengembalian perubahan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi.
(5) Holders of The Mining Permit of Production Operation or The Especially Mining Permit of Production Operation shall submit back Reclamation plans change of stage of Production Operation has been enhanced as described in paragraph (4) to the Minister through the Director General, governor or Regent/mayor in accordance with the authority within a maximum period 30 (thirty) calendar days from the date of return of Reclamation plan change of phase of Production Operation.
(6) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak diterimanya perubahan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi atau penyempurnaan perubahan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi, direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya tidak memberikan saran penyempurnaan atau persetujuan, maka perubahan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi yang disampaikan dianggap disetujui.
(6) If within thirty (30) calendar days from receipt of Reclamation plans change of stage of Production Operation or improvement of a change of plan of Reclamation of stage of Production Operation , the director-general on behalf of the minister, governor or Regent/mayor in accordance with the authority does not provide suggestions for improvements or consent, then Reclamation plan change of stage of Production Operation submitted is considered approved.
Pasal 24
Article 24
Persetujuan
rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
& Pasal 23 termasuk di dalamnya penetapan besaran jaminan Reklamasi tahap
Operasi Produksi untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dengan rincian tahunan.
Reclamation plan approval of stage of Production Operation as referred to in Article 22 & Article
23, including the determination of the amount
of collateral of Reclamation of stage of Production
Operation for a period of 5
(five) years with annual details.
Bagian Kedua
Penilaian &
Persetujuan Rencana PascatambangPart Two
Assessment & Approval of Mine Closure Plan
Pasal 25
Article 25
(1) Direktur
jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya memberikan penilaian & persetujuan atas rencana Pascatambang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dalam jangka waktu paling lama 60 (enam
puluh) hari kalender sejak IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi
diterbitkan, tidak termasuk jumlah hari yang diperlukan untuk penyempurnaan rencana
Pascatambang.
(1) The Director General on behalf of the
minister, governor or Regent/mayor in accordance with their authority
provides assessment & approval of the
Mine Closure plan referred to in Article 18 within a maximum period
of 60 (sixty) calendar days after the
The Mining Permit of Production Operation or The Especially Mining Permit of
Production Operation published, not including the number of days required for the completion of Mine Closure plan. (2) Dalam hal rencana Pascatambang belum memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 & Pasal 17, direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mengembalikan rencana Pascatambang kepada pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi untuk disempurnakan.
(2) And the case of Post-Mining plans do not meet the provisions referred to in Article 16 & Article 17, the director general on behalf of the minister, governor or Regent/mayor in accordance with their authority returns Mine Closure plan to the holders of The Mining Permit of Production Operation or The Especially Mining Permit of Production Operation to be refined.
(3) Pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi wajib menyampaikan kembali rencana Pascatambang yang telah disempurnakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada menteri melalui direktur jenderal, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal pengembalian rencana Pascatambang.
(3) Holders of The Mining Permit of Production Operation or The Especially Mining Permit of Production Operation shall submit Mine Closure plan that has been perfected as described in paragraph (2) to the minister through the director general, governor or Regent/mayor in accordance with the authority within a maximum period of 30 (thirty ) calendar days from the date of return Mine Closure plan.
(4) Apabila dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari kalender sejak IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi diterbitkan atau sejak diterimanya penyempurnaan rencana Pascatambang, direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya tidak memberikan saran penyempurnaan atau persetujuan, maka rencana Pascatambang yang disampaikan dianggap disetujui.
(4) If within sixty (60) calendar days The Mining Permit of Production Operation or The Especially Mining Permit of Production Operation issued or the receipt of the improvement of Post-Mining plan, the director-general on behalf of the minister, governor or Regent/mayor in accordance with the authority does not provide suggestions for improvements or approval, the Mine Closure plan submitted is considered approved.
Pasal 26
Article 26
(1) Pemegang IUP Operasi
Produksi & IUPK Operasi Produksi wajib melakukan perubahan atas rencana
Pascatambang yang telah disetujui sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 apabila
terjadi perubahan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi sebagaimana dimaksud
pada Pasal 23.
(1) Holders of The Mining Permit of
Production Operation or The Especially Mining Permit of Production Operation obliged
to make changes to the Mine Closure plan which has been approved as referred to
in Article 25 in the event of a change
of plan of Reclamation of stage of Production
Operation as referred to in Article 23.(2) Perubahan rencana Pascatambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada menteri melalui direktur jenderal, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) tahun sebelum akhir kegiatan Penambangan.
(2) Changes in Mine Closure plan referred to in paragraph (1) shall be submitted to the minister by the director general, governor or Regent/mayor in accordance with the authority within a period of at least 2 (two) years before the end of mining activities.
(3) Direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya memberikan penilaian & persetujuan atas persetujuan atas perubahan rencana Pascatambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak diterimanya perubahan rencana Pascatambang, tidak termasuk jumlah hari yang diperlukan untuk penyempurnaan perubahan rencana Pascatambang.
(3) The Director General on behalf of the minister, governor or Regent/mayor in accordance with their authority provides assessment & approval for the approval of changes in Mine Closure plan referred to in paragraph (1) within a maximum period of 90 (ninety) calendar days from receipt of Mine Closure plan change, not including the number of days required for the completion of Mine Closure plans change.
(4) Dalam hal perubahan rencana Pascatambang belum memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 & Pasal 17, direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mengembalikan perubahan rencana Pascatambang kepada pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi untuk disempurnakan.
(4) And the event of a change of plans of Post-Mining yet comply with the provisions referred to in Article 16 and Article 17, the director general on behalf of the minister, governor or Regent/mayor in accordance with their authority to restore Mine Closure plan changes to the holders of The Mining Permit of Production Operation or The Especially Mining Permit of Production Operation for enhanced.
(5) Pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi wajib mengembalikan kembali perubahan rencana Pascatambang yang telah disempurnakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada menteri melalui direktur jenderal, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal pengembalian rencana Pascatambang.
(5) Holders of The Mining Permit of Production Operation or The Especially Mining Permit of Production Operation obliged to return back the changes that have been refined of Mine Closure plan referred to in paragraph (4) to the minister through the director general, governor or Regent/mayor in accordance with the authority within a maximum period of 30 (three twenty) calendar days from the date of return Mine Closure plan.
(6) Apabila dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak diterimanya perubahan rencana Pascatambang atau penyempurnaan rencana Pascatambang direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya tidak memberikan saran penyempurnaan, maka perubahan rencana Pascatambang yang disampaikan dianggap disetujui.
(6) If within ninety (90) calendar days from receipt of the plan changes of Mine Closure or improvements of Mine Closure plan director general on behalf of the minister, governor or Regent/mayor in accordance with the authority does not provide suggestions for improvements, the Mine Closure plan changes submitted considered approved.
Pasal 27
Article 27Persetujuan Pascatambang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 & Pasal 26 termasuk di dalamnya penetapan besaran jaminan Pascatambang, jadwal penempatan, & jangka waktu penempatannya.
Post-Mining approval referred to in Article 25 & Article 26, including the determination of the amount of collateral of Mine Closure, schedule placement, & term of placement.
Bab v
Jaminan reklamasi & jaminan pascatambangCHAPTER V
RECLAMATION GUARANTEE & WARRANTY OF POST-MINING
Bagian Kesatu
Jaminan Reklamasi
Part One
Reclamation Guarantee
Reclamation Guarantee
Paragraf 1
Jaminan Reklamasi
Tahap EksplorasiParagraph 1
Exploration Phase Reclamation Guarantee
Pasal 28
Article 28
(1) Pemegang IUP
Eksplorasi & IUPK Eksplorasi wajib menyediakan Jaminan Reklamasi tahap
Eksplorasi sesuai dengan penetapan besaran Jaminan Reklamasi tahap Eksplorasi
oleh direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
(1) Holders of The Mining Permit of
Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration shall provide a
Reclamation Guarantee of Exploration stage in accordance with the determination
of the
amount of Reclamation Guarantee of
Exploration stage by the director general on behalf of the minister, governor or Regent/mayor in
accordance with their authority as referred to in Article 21. (2) Jaminan Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditempatkan seluruhnya di awal sesuai dengan penentuan biaya Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (5) & dimuat di dalam rencana kerja & anggaran biaya Eksplorasi.
(2) Reclamation Guarantee of Exploration phase referred to in paragraph (1) is placed entirely at the beginning in accordance with the determination of the cost of Reclamation of phase of Exploration as referred to in Article 10 paragraph (5) & contained in the plan of work & budget of Exploration.
(3) Penempatan jaminan Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak rencana kerja & anggaran biaya tahap Eksplorasi disetujui oleh direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
(3) Placement of guarantee of Reclamation of Exploration phase referred to in paragraph (2) shall be conducted at the latest within a period of thirty (30) calendar days after the plan of work & budget of the exploration stage approved by director general on behalf of the minister, governor or Regent/mayor in accordance with its authority.
Pasal 29
Article 29
(1) Jaminan
Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 berupa Deposito
Berjangka yang ditempatkan pada bank Pemerintah di Indonesia atas nama direktur
jenderal, gubernur, atau Bupati/walikota qq pemegang IUP Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi
yang bersangkutan dengan jangka waktu penjaminan sesuai dengan jadwal Reklamasi
tahap Eksplorasi.
(1) Reclamation Guarantee of Exploration stage as referred to in Article 28
in the form of Time Deposits placed in
the bank at the Government of Indonesia
on behalf of the director general,
governor or Regent/may qq holders of The
Mining Permit of Exploration or The Especially Mining Permit of Exploration
concerned with the period of the
guarantee in accordance with the schedule of Reclamation of Exploration
stage.
(2) Jaminan
Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditempatkan dalam
bentuk mata uang Rupiah atau Dolar Amerika Serikat.
(2) Reclamation Guarantee of Exploration phase referred to in paragraph (1)
is placed in Rupiah or US Dollar. (3) Tata cara penempatan Jaminan Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) The procedure for the placement of Reclamation Guarantee ofExploration phase referred to in paragraph (1) shall be implemented in accordance with the provisions of the legislation.
Referensi :
Reference:
1. Kamus Istilah Tambang, Peraturan Menteri Energi & Sumber Daya Mineral Nomor : 07 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Reklamasi & Pascatambang pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral & Batubara, Direktorat Jenderal Mineral & Batubara, Direktorat Teknik & Lingkungan Mineral & Batubara.
1. Dictionary of Terms of Mines, the Minister of Energy and Mineral Resources Number 07 Year 2014 on the Implementation of Reclamation & Mine Closure on Mining Business Activities of Mineral and Coal, Directorate General of Mineral and Coal, Directorate of Engineering & Environment of Mineral & Coal.
2. Google Translate.
Roburan Lombang, 01 Maret 2015
Roburan Lombang, March 01st,
2015