https://www.youtube.com/@agussalimnasutionmandailing2/videos

Foto saya
UNTUK KE-GUBERNUR-AN SUMATERA UTARA DARI PENDIRI UM (UNIVERSITAS MANDAILING) FOR THE PROVINCIAL GOVERNOR OF SUMATERA UTARA FROM THE FOUNDER OF MU (MANDAILING UNIVERSITY)

Senin, 27 Februari 2017

KISI - KISI JBAR MGB SM 0063 MARET 2015 - 16

MENUJU BERDIRINYA UM (UNIVERSITAS MANDAILING)
TOWARDS THE ESTABLISHMENT OF MU (MANDAILING UNIVERSITY)
 
KISI-KISI KONTEN JURNAL ILMIAH UM (UNIVERSITAS MANDAILING)
TABLE OF SPECIFICATIONS OF THE SCIENTIFIC JOURNAL OF MU (MANDAILING UNIVERSITY)
JBAR MGB SM
(JURNAL BULANAN ANALISIS RISET MIKRON GEN BIOLOGIS SEPANJANG MASA)
THE MONTHLY JOURNAL OF RESEARCH ANALYSIS OF BIOLOGIC GEN MICRON OF ALL TIME
 
Maret 2015
 
Arahan Pendiri & Ketum (Ketua Umum)
MPP(G) YMR, Majelis Pimpinan Pusat (Global) Yayasan Mandailing Raya
Referrals from The Founder & General Chairman of
The Central (Global) Leadership Assembly of The Great Mandailing Foundation
Agussalim, ST bin Abdur Rahim Nasution
 
 
Peraturan Menteri Energi & Sumber Daya Mineral
Nomor : 07 Tahun 2014
tentang
Pelaksanaan Reklamasi & Pascatambang pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral & Batubara
Regulation of the  Minister of   Energy& Mineral Resources
Number 07 Year 2014
about
Implementation of   Reclamation and Mine Closure on Business Activities of   Mineral and Coal


Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

Menteri Energi& Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
By The Grace of  God Almighty
Minister of  Energy and Mineral Resources of the  Republic of   Indonesia

Menimbang    :
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9, Pasal 12, Pasal 15, Pasal 18, Pasal 28, Pasal 36, Pasal 43, Pasal 49, dan Pasal 51Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi & Pascatambang, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi & Sumber Daya Mineral tentang Pelaksanaan Reklamasi & Pascatambang pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral & Batubara.
Considering :
that to implement the provisions of  Article 9, Article 12, Article 15, Article 18, Article 28, Article 36, Article 43, Article 49, and Article 51 of The Government Regulation  No. 78 Year 2010 on Reclamation & Post-mining, needs to be set Regulation of the  Minister of   Energy &  Mineral Resources on Implementation of Reclamation  & The post-mining of activities of Mining  of Mineral & Coal.

Mengingat      :
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral & Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959).
Given:
1. Law No. 4 Year 2009 about Mineral and Coal Mining (State Gazette of the  Republic of   Indonesia Year 2009 Number 4, State Gazette of the  Republic of   Indonesia  Number 4959).
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059).
2. Act Number 32 of   2009 on the Protection and Management of the  Environment (State Gazette of the  Republic of   Indonesia Year 2009 Number 140, Supplement to State Gazette of the  Republic of   Indonesia Number 5059).
3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737)
3. Government Regulation No. 38 Year 2007 regarding Division of   Government Affairs between the Government, Provincial Government, Regency/City Government (State Gazette of the  Republic of   Indonesia Year 2007 Number 82, Supplement to State Gazette of the  Republic of   Indonesia Number 4737).
4. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi & Reklamasi Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4947).
4. Government Regulation No. 76 Year 2008 on Forest Rehabilitation and Reclamation (State Gazette of the  Republic of   Indonesia Year 2008 Number 201, Supplement to State Gazette of the  Republic of   Indonesia Number 4947).
5. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral & Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5489).
5. Government Regulation No. 23 Year 2010 on the Implementation of   Mineral and Coal Mining (State Gazette of the  Republic of   Indonesia Year 2010 Number 29, Supplement to State Gazette of the  Republic of   Indonesia Number 5111) as amended twice recently by Government Regulation No. 1 Year 2014 (State Gazette Republic of   Indonesia Year 2014 Number 1, Supplement to State Gazette of the  Republic of   Indonesia Number 5489).
6. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan & Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral & Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5142).
6. Government Regulation No. 55 Year 2010 concerning Management & Supervision of Management of   Mineral and Coal Mining (State Gazette of the  Republic of   Indonesia Year 2010 Number 138, Supplement to State Gazette of the  Republic of   Indonesia Number 5142).
7. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi & Pasca Tambang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5172).
7. Government Regulation No. 78 Year 2010 on Reclamation and Mine Closure (State Gazette of the  Republic of   Indonesia Year 2010 Number 85, State Gazette of the  Republic of   Indonesia 5172).
8. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011 tanggal 18 Oktober 2011;
8. Presidential Decree Number 59 / P Year 2011 dated October 18th, 2011;
9. Peraturan Menteri Energi & Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2010 tentang Organisasi & Tata Kerja Kementerian Energi & Sumber Daya Mineral (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 552) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Energi & Sumber Daya Mineral Nomor 22 Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1022);
9. Regulation of the  Minister of   Energy and Mineral Resources No. 18 Year 2010 on the Organization and Administration of the  Ministry of   Energy and Mineral Resources (Official Gazette of the  Republic of   Indonesia Year 2010 No. 552) as amended by Regulation of the  Minister of   Energy and Mineral Resources No. 22 of   2013 ( News of the  Republic of   Indonesia Year 2013 No. 1022);
10. Peraturan Menteri Energi & Sumber Daya Mineral Nomor 02 Tahun 2013 tentang Pengawasan Terhadap Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi & Pemerintah Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 78).
10. Regulation of the  Minister of   Energy and Mineral Resources No. 02 of   2013 on the Supervision of the  Implementation of the  Mining Business Management conducted by the Provincial Government & Regency  / City Government (Official Gazette of the  Republic of   Indonesia Year 2013 Number 78).

MEMUTUSKAN :
DECIDED:

Menetapkan : peraturan menteri energi & sumber daya mineral tentang pelaksanaan reklamasi & pascatambang pada kegiatan usaha pertambangan mineral & batubara.
REGULATION OF THE  MINISTER OF   ENERGY & MINERAL RESOURCES OF RECLAMATION AND POST-MINING ON ACTIVITIES OF MINERAL & COAL MINING.

BAB I
KETENTUAN UMUM
CHAPTER I
GENERAL REQUIREMENTS

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
Article 1
Hereinafter The Ministery Regulation referred to as:

1. Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, & memperbaiki kualitas lingkungan & ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya.
1. Reclamation is an activity conducted throughout the stages of   mining to organize, restore, & improve the quality of the  environment & ecosystems in order to re-function in designation.

2. Kegiatan Pascatambang, yang selanjutnya disebut Pascatambang, adalah kegiatan terencana, sistematis, & berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam & fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah pertambangan.
2. Post-Mining Activities, hereinafter referred to as Post-Mining, is the activities planned, systematic, & continue after the end of   part or all of the  mining operations to recover the function of the  natural environment & social functions according to local conditions in the mining area.

3. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, & pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan, pemurnian, pengangkutan & penjualan, serta kegiatan pasca tambang.
3. Mining is part or all phases of   activities within the framework of   research, management, & exploitation of   mineral or coal which covers general investigation, exploration, feasibility studies, construction, mining, processing, refining, transport & sales, as well as post-mining activities.

4. Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik & kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.
4. Minerals are inorganic compounds that are formed in nature, which has physical & chemical properties of   specific and regular crystal composition or combination thereof   that form rocks, either in the form of   loose or solid.

5. Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan.
5. Coal is precipitated of carbonaceous organic compound that is formed naturally from the rest of the  herbs.

6. IUP Eksplorasi adalah izin yang diberikan untuk melakukan tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, di wilayah izin usaha pertambangan.
6. The Mining Permit of Exploration is permission granted to undertake general investigation, exploration, feasibility studies, in the mining permit area.

7. IUPK Eksplorasi adalah izin yang diberikan untuk melakukan tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, di wilayah izin usaha pertambangan khusus.
7. IUPK The Especially Mining Permit of Exploration is a permission granted to undertake general investigation, exploration, feasibility studies, in particular mining permit area.

8. IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi di wilayah izin usaha pertambangan khusus.
8. The Mining Permit of Production Operation is granted upon completion of   The Mining Permit of Exploration to undertake operations in the production of  a special mining permit area.

9. IUPK Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUPK Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi di wilayah izin usaha pertambangan khusus.
9. The Especially Mining Permit of Production Operations is a business permit is granted upon completion of The Especially Mining Permit of Exploration to undertake operations in the production of  a special mining permit area.

10. Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara terperinci & teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas, & sumber daya terukur dari bahan galian serta informasi mengenai lingkungan sosial & lingkungan hidup.
10. Exploration is the stage of   mining business activities to obtain information detailed & thorough about the location, shape, dimensions, distribution, quality, & measured resources of   minerals and environmental information about the social & environmental.

11. Studi Kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh secara rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukan kelayakan ekonomis & teknis usaha pertambangan, termasuk analisis mengenai dampak lingkungan serta perencanaan Pascatambang.
11. The Feasibility Study is the stage of   mining business activities to obtain in detail all aspects relating to determine the economic & technical feasibility of   mining, including environmental impact assessment & planning Mine Closure.

12. Operasi Produksi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan yang meliputi konstruksi, penambangan, pengolahan, pemurnian, termasuk pengangkutan & penjualan, serta sarana pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan hasil studi kelayakan.
12. Production Operations is the stage of   mining business activities which include construction, mining, processing, refining, including transportation & sales, as well as a means of   controlling the environmental impact in accordance with the results of the  feasibility study.

13. Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi mineral dan atau batubara & mineral ikutannya.
13. Mining is part of   mining business activities to produce mineral and or coal & associated minerals.

14. Wilayah Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut WIUP, adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang izin usaha pertambangan.
14. Regional of Mining Permit, hereinafter referred WIUP (in Bahasa), is a region given to the holder of the  mining permit.

15. Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus, yang selanjutnya disebut WIUPK adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus.
15. Special Mining Permit Areas, hereinafter referred to WIUPK (in Bahasa) is an area given to Special Mining Permit holders.

16. Jaminan Reklamasi adalah dana yang disediakan oleh pemegang Izin Usaha Pertambangan atau Izin Usaha Pertambangan Khusus sebagai jaminan untuk melakukan kegiatan Reklamasi.
16. Reclamation Guarantee are funds provided by holders  of the Mining Permit or Special Mining Permit as security for reclamation activities.

17. Jaminan Pascatambang adalah dana yang disediakan oleh pemegang Izin Usaha Pertambangan atau Izin Usaha Pertambangan Khusus sebagai jaminan untuk melakukan kegiatan Pascatambang.
17. Post-Warranty is the funding provided by holders of the Mining Permit or Special Mining Permit as a guarantee for Mine Closure activities.

18. Dokumen Lingkungan Hidup adalah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup atau upaya Pengelolaan Lingkungan - Upaya Pemantauan Lingkungan, atau Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan.
18. Document Environment is Environmental Impact Assessment or Environmental Management Efforts - Environmental Monitoring, or Statement of   Environmental Management.

19. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertambangan mineral & batubara.
19. Minister is the minister who held government affairs in the field of   mineral and coal mining.

20. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang melaksanakan tugas & bertanggung jawab atas perumusan serta pelaksanaan kebijakan & standardisasi teknis di bidang mineral & batubara.
20. The Director General is the Director General of the  duties and& is responsible for the formulation and implementation of   policies & technical standardization in the field of   mineral & coal.

BAB II
PRINSIP-PRINSIP

CHAPTER II
PRINCIPLES

Pasal 2
Article 2

(1) Pelaksanaan Reklamasi oleh Pemegang IUP Eksplorasi & IUPK Eksplorasi wajib memenuhi prinsip :
a. Perlindungan & pengelolaan lingkungan hidup pertambanga; dan
b. Keselamatan & kesehatan kerja.
 (1) Implementation of   Reclamation by The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration shall meet the following principles:
a. Environmental protection and management of   Mining; and
b. Safety & health of occupational.
(2) Pelaksanaan Reklamasi & Pascatambang oleh Pemegang IUP Operasi Produksi & IUPK Operasi Produksi wajib memenuhi prinsip :
a. Perlindungan & pengelolaan lingkungan hidup Pertambangan;
b. Keselamatan & kesehatan kerja; dan
c. Konservasi mineral & batubara.
(2) Implementation of   Reclamation and Mine Closure by holders of  The Mining Permit of  Production Operation  & The Mining Permit of  Production Operation shall meet the following principles:
a. Environmental protection & management of   mining;
b. Safety & health of occupational; and
c. Conservation of   minerals & coal.
(3) Prinsip perlindungan & pengelolaan lingkungan hidup Pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a & ayat (2) huruf a paling sedikit meliputi :
a. Perlindungan terhadap kualitas air permukaan, air tanah, air laut, & tanah serta udara berdasarkan standar baku mutu atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Perlindungan & pemulihan keanekaragaman hayati;
c. Penjaminan terhadap stabilitas & keamanan timbunan batuan samping dan atau tanah/batuan penutup, kolam tailing, lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya;
d. Pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya;
e. Memperhatikan nilai sosial & budaya setempat;
f. Perlindungan terhadap kuantitas air tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) The principle of   environmental protection & management of   mining as referred to in paragraph (1) letter a & paragraph (2) a minimum include:
a. Protection of the  quality of   surface water, ground water, sea water, & soil and air quality based standards or standard criteria of   environmental damage in accordance with the provisions of the  legislation;
b. Protection & restoration of   biodiversity;
c. Guarantee the stability & security of the  side rock pile and or overburden soil / rock, tailings pond, mined land in accordance with its designation;
d. Utilization of   mined land in accordance with its designation;
e. Attention to social values ​​& local culture;
f. Protection of   ground water quantity in accordance with the provisions of the  legislation.
(4) Prinsip keselamatan & kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b & ayat (2) huruf b meliputi :
a. Perlindungan keselamatan terhadap setiap pekerja / buruh; dan
b. Perlindungan setiap pekerja/buruh dari penyakit akibat kerja.
(4) The principle of   safety & health of occupational as referred to in paragraph (1) letter b & paragraph (2) letter b shall include:
a. Safety protection for every worker / laborer; and
b. Protection of   every worker / laborer from occupational diseases.
(5) Prinsip konservasi mineral & batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi :
a. Pertambangan yang optimum;
b. Penggunaan metode & teknologi pengolahan dan/atau pemurnian yang efektif & efisien;
c. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan marjinal, mineral kadar rendah, & mineral ikutan, serta batubara kualitas rendah; dan
d. Pendataan sumber daya serta cadangan mineral & batubara yang tidak tertambang serta sisa pengolahan dan/atau pemurnian.
(5) The principle of   conservation of   mineral & coal as referred to in paragraph (2) letter c includes:
a. Optimum mining;
b. The use of   methods &technologies of   processing and / or purification of   effective and efficient;
c. Management and / or utilization of   marginal reserves, low content mineral, & associated minerals, as well as low coal quality; and
d. Documenting resources of mineral reserves & coal  non-minable as well as residual of  processing and / or purification.

Pasal 3

(1) Pemegang IUP Eksplorasi & IUPK Eksplorasi wajib mengintegrasikan prinsip perlindungan & pengelolaan lingkungan hidup Pertambangan serta prinsip keselamatan & kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), ayat (3), & ayat (4) dengan rencana kegiatan Eksplorasi & Dokumen Lingkungan Hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pemegang IUP Operasi Produksi & IUPK Operasi Produksi wajib mengintegrasikan prinsip perlindungan & pengelolaan lingkungan hidup Pertambangan, prinsip keselamatan & kesehatan kerja, & prinsip konservasi mineral & batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), ayat (3), ayat (4), & ayat (5) dengan perencanaan Penambangan yang disusun dalam laporan hasil Studi Kelayakan & Dokumen Lingkungan Hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Article 3
(1) Holders of  The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration shall integrate the principles of   environmental protection & management of   Mining and principles of   safety & health of occupational as referred to in Article 2 paragraph (1), paragraph (3), & paragraph (4) with the plan of   activities of Exploration & Environment Documents in accordance with the provisions of the  legislation.
(2) Holders of The Mining Permit of Production Operation & The Especially Mining Permit of Production Operation shall integrate the principles of   environmental protection and management of   mining, principles of safety & health of occupational, & the principle of   conservation of   mineral & coal as referred to in Article 2 paragraph (2), paragraph (3), paragraph ( 4), paragraph (5) of the  Mining planning are compiled in a report the results of the  Feasibility Study & Environmental Document in accordance with the provisions of the  legislation.

BAB III
Penyusunan rencana reklamasi & pascatambang
CHAPTER III
PLAN OF RECLAMATION & POST MINING

Bagian Kesatu
Umum
Part One
General

Pasal 4
Article 4

(1) Pemegang IUP Eksplorasi & IUPK Eksplorasi sebelum melakukan kegiatan eksplorasi wajib menyusun rencana Reklamasi tahap Eksplorasi berdasarkan Dokumen Lingkungan Hidup yang telah disetujui oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan & pengelolaan lingkungan hidup.
(1) Holders of   The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration before exploration activities required to prepare a plan  of Reclamation of Exploration stage based Environment Document approved by the competent authority in accordance with the provisions of the  legislation in the field of   environmental protection and management.
(2) Rencana Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), ayat (3), & ayat (4) serta harus mempertimbangkan :
a. Metode eksplorasi.
b. Kondisi spesifik wilayah setempat.
c. Ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Reclamation Plan of Exploration phase referred to in paragraph (1) shall comply with the principles referred to in Article 2 paragraph (1), paragraph (3), & paragraph (4) and should consider :
a. Exploration methods.
b. Specific conditions of the  local area.
c. The provisions of the  legislation.

Pasal 5
Article 5

(1) Metode Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a, antara lain meliputi kegiatan :
a. Pemetaan geologi;
b. Pemercontohan dengan jarak yang lebar;                    
c. Pengeboran.
(1) Exploration method referred to in Article 4 paragraph (2) letter a, include the following activities :
a. Geological mapping;
b. Sampling of   a wide range;
c. Drilling.
(2) Kegiatan Eksplorasi dengan metode Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menyebabkan lahan terganggu, antara lain meliputi lubang pengeboran, sumur uji, parit uji, dan/atau fasilitas penunjang Eksplorasi.
(2) Exploration Activities with Exploration method referred to in paragraph (1) may cause disturbed land, among others, include hole drilling, well testing, test trenches, and / or Exploration supporting facilities.

Pasal 6
Article 6

(1) Pemegang IUP Eksplorasi & IUPK Eksplorasi yang telah menyelesaikan kegiatan Studi Kelayakan wajib menyusun rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi & rencana Pasca Tambang berdasarkan Dokumen Lingkungan Hidup yang telah disetujui oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan & pengelolaan lingkungan hidup.
(1) Holders of  The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration has completed the Feasibility Study activities required to prepare a plan  of Reclamation of phase of Production Operations & Mine Closure plan based Environment Document approved by the competent authority in accordance with the provisions of the  legislation in the field of life environmental protection & management.
(2) Rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi & rencana Pascatambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), ayat (3), ayat (4), & ayat (5) serta harus mempertimbangkan :
a. Sistem & metode penambangan berdasarkan hasil Studi Kelayakan;
b. Kondisi spesifik wilayah setempat; dan
c. Ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Reclamation Plan of phase of Production Operations and Mine Closure plan referred to in paragraph (1) shall comply with the principles referred to in Article 2 paragraph (2), paragraph (3), paraghraph (4), & paragraph (5) and should consider :
a. System & method of   mining based on the results of the  Feasibility Study;
b. Specific conditions of the  local area; and
c. The provisions of the  legislation.

Pasal 7
Article 7

(1) Sistem & metode Penambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a meliputi :
a. Tambang terbuka; dan  
b. Tambang bawah tanah.
(1) The system and method of   mining as referred to in Article 6 paragraph (2) letter a cover :
a. Open pit mines; and
b. Underground mines.
(2) Kegiatan Operasi Produksi dengan sistem & metode Penambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menyebabkan lahan terganggu, antara lain meliputi :
a. Area penambangan;
b. Tempat penimbunan batuan samping dan/atau tanah/batuan penutup;
c. Tempat penimbunan tanah zona pengakaran;
d. Tempat penimbunan komoditas tambang;
e. Jalan tambang dan/atau jalan angkut;
f. Instalasi & fasilitas pengolahan dan/atau pemurnian;
g. Fasilitas penunjang;
h. Kantor & perumahan;
i. Pelabuhan khusus/dermaga; dan/atau
j. Lahan penimbunan dan/atau pengendapan tailing.
2) The Production Operation activity with the system & method of   mining as referred to in paragraph (1) may cause disturbed land, among others, include :
a. Mining area;
b. Side rock dumps and / or covers soil / rock;
c. Landfill sites of rooting zone;
d. Landfill of mining commodities;
e. Mining roads and/or transport road;
f. Installation & processing facilities and / or purification;
g. Supporting facilities;
h. Offices & housing;
i. Special of port / dock; and / or
j. Hoarding land and / or deposition of   tailings.

Pasal 8
Article 8

Kondisi spesifik wilayah setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b & Pasal 6 ayat (2) huruf b meliputi :
a. Status lahan;
b. Bentuk ekosistem;
c. Kondisi keanekaragaman hayati; dan     
d. Kondisi sosial & budaya.
Specific conditions of the  local area as referred to in Article 4 paragraph (2) letter b & Article 6 paragraph (2) letter b shall include :
a. Land status;
b. Shape of ecosystems;
c. The condition of   biodiversity; and
d. Social & cultural conditions.

Pasal 9
Article 9

Ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c & Pasal 6 ayat (2) huruf c antara lain meliputi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan, wilayah pesisir, & pulau-pulau kecil sepanjang berkaitan dengan Reklamasi & Pascatambang.
The provisions of the  legislation referred to in Article 4 paragraph (2) letter c & Article 6 paragraph (2) letter c, among others, include the provision of   legislation in the field of   forestry, coastal zones, & small islands along relating to Reclamation & Post-mining.

Bagian Kedua
Penyusunan Rencana Reklamasi
Part Two
Preparation of  Reclamation Plan

Paragraf 1
Rencana Reklamasi Tahap Eksplorasi
Paragraph 1
Reclamation Plan of Stage of Exploration

Pasal 10
Article 10

(1) Pemegang IUP Eksplorasi & IUPK Eksplorasi wajib menyusun rencana Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) sesuai dengan jangka waktu kegiatan Eksplorasi dengan rincian tahunan.
(1) Holders of  The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining of  Exploration required to prepare a plan  of Reclamation of Exploration phase referred to in Article 4 paragraph (1) with the term of the  Exploration activities with annual details.
(2) Rencana Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Tata guna lahan sebelum & sesudah kegiatan Eksplorasi;
b. Rencana pembukaan lahan kegiatan Eksplorasi yang menyebabkan lahan terganggu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2);
c. Program Reklamasi tahap Eksplorasi;
d. Kriteria keberhasilan Reklamasi tahap Eksplorasi meliputi standar keberhasilan penatagunaan lahan, revegetasi, & penyelesaian akhir; dan
e. Rencana biaya Reklamasi tahap Eksplorasi.
(2) Reclamation Plan of Exploration phase referred to in paragraph (1) consist of :
a. Land use before and after the exploration activities;
b. Exploration activities land clearing plan that causes disturbed land as referred to in Article 5 (2);
c. Reclamation Program of Exploration stage;
d. Reclamation success criteriaof  the exploration phase include of the  successful standard of land use, revegetation, & the final settlement; and
e. Plan of Reclamation costs of Exploration stage.
(3) Rencana biaya Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e dihitung berdasarkan :
a. Biaya langsung, terdiri atas biaya :
1. Penatagunaan lahan; dan
2. Revegetasi.
b. Biaya tidak langsung, terdiri atas biaya :
1. Mobilisasi & demobilisasi alat;
2. Perencanaan Reklamasi;
3. Administrasi & keuntungan pihak ketiga sebagai pelaksana Reklamasi tahap Eksplorasi; dan
4. Supervisi.
(3) The plan of costs of Reclamation of Exploration phase referred to in paragraph (2) letters e calculated based on :
a. Direct costs consist of the  cost of  :
1. The administration of the  land; and
2. revegetation.
b. Indirect costs, consisting of   costs :
1. Mobilization & demobilization of tools;
2. Planning Reclamation;
3. Administration & prof it of third parties as executor of Reclamation of Exploration stage; and
4. Supervision.
(4) Rencana biaya Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus menutup seluruh biaya pelaksanaan Reklamasi tahap Eksplorasi termasuk pelaksanaan Reklamasi tahap Eksplorasi yang dilakukan oleh pihak ketiga.
(4) The plan of costs of Reclamation of Exploration phase referred to in paragraph (3) should cover the entire cost of the  implementation of Reclamation of phase of   exploration including implementation of Reclamation of exploration phase carried out by third parties.
(5) Penentuan biaya Reklamasi tahap Eksplorasi dihitung berdasarkan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi seluas lahan yang dibuka untuk kegiatan Eksplorasi.
(5) The determination of costs of Reclamation of the  stage of   exploration is calculated based on Reclamation  plan  of the stage of   exploration  on area of   ​​land opened for exploration activities.

Pasal 11
Article 11

(1) Pemegang IUP Eksplorasi & IUPK Eksplorasi wajib menyampaikan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dalam Pasal 10 kepada menteri melalui Direktur Jenderal, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya dalam jangka waktu paling lambat 45 (empat puluh lima hari) hari kalender sebelum memulai kegiatan Eksplorasi.
(1) Holders of  The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration shall submit a plan of Reclamation of Exploration stage as in Article 10 to the Minister through the Director General, governor or regent / mayor in accordance with its authority within a period not later than 45 (forty five days) calendar days before the start of   activities Exploration.

(2) Rencana Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sesuai dengan Pedoman Penyusunan Rencana Reklamasi Tahap Eksplorasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Reclamation Plan of Exploration phase referred to in paragraph (1) shall be prepared in accordance with the Guidelines for Preparation  of  Exploration Phase Reclamation Plan as contained in Annex I, which is an integral part of   this regulation.

Paragraf 2
Rencana Reklamasi Tahap Operasi Produksi
Paragraph 2
Reclamation Plan of Phase of Production Operations

Pasal 12
Article 12

(1) Pemegang IUP Eksplorasi & IUPK Eksplorasi wajib menyusun rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dengan rincian tahunan.
(1) Holders of   The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining Permit of  Exploration have mandatory to make Reclamation plan of Production Operation as referred to in Article 6 paragraph (1) for a period of   5 (five) years with annual details.
(2) Dalam hal umur tambang kurang dari 5 (lima) tahun, rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) disusun sesuai dengan umur tambang.
(2) And the event that a mine life of   less than 5 (five) years and Reclamation plan of stage of Production Operation as referred to in Article 6 paragraph (1) shall be prepared in accordance with the mine life.
(3) Rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) & ayat (2), meliputi :
a. Tata guna lahan sebelum & sesudah kegiatan tahap Operasi Produksi;
b. Rencana pembukaan lahan untuk kegiatan tahap Operasi Produksi yang menyebabkan lahan terganggu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2);
c. Program Reklamasi tahap Operasi Produksi;
d. Kriteria keberhasilan Reklamasi tahap Operasi Produksi meliputi standar keberhasilan penatagunaan lahan, revegetasi, pekerjaan sipil, & penyelesaian akhir; dan
e. Rencana biaya Reklamasi tahap Operasi Produksi.   
(3) Production Operations phase Reclamation Plan as referred to in paragraph (1) and paragraph (2), include:
a. Land use before & after the activity of stage of Production Operation;
b. Plans for the land clearing of stage of  Production Operation activities that lead  areas disturbed as referred to in Article 7 paragraph (2);
c. Reclamation program of stage of Production Operation;
d. Reclamation success criteria of stage of Production Operation include the successful standard of land use, revegetation, civil works, & the final settlement; and
e. Reclamation costs plan of stage of Production Operation.
(4) Program Reklamasi tahap Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dapat dilakukan dalam bentuk revegetasi dan/atau peruntukan lainnya.
4) Reclamation Program  of Production Operations phase referred to in paragraph (3) letter c can be done in the form of   revegetation and / or other designation.
(5) Peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat berupa :
a. Area permukiman.
b. Pariwisata.
c. Sumber air; atau
d. Area pembudidayaan.
(5) Other Designation as referred to in paragraph (4) can be :
a. Area of settlements.
b. Tourism.
c. Water sources; or
d. Area of cultivation.
(6) Dalam hal pelaksanaan kegiatan Penambangan secara teknis meninggalkan lubang bekas tambang, maka wajib dibuat rencana pemanfaatan lubang bekas tambang meliputi :
a. Stabilisasi lereng;
b. Pengamanan lubang bekas tambang (void);
c. Pemulihan & pemantauan kualitas air serta pengelolaan air dalam lubang bekas tambang (void) sesuai dengan peruntukannya; dan
d. Pemeliharaan lubang bekas tambang. 
(6) and the case of the  implementation of the  mining activities are technically left the pits, then it must be made plan pits use include:
a. Slope stabilization;
b. Securing pits (void);
c. Recovery & monitoring of   water quality and water management in the pits (voids) and accordance with its designation; and
d. Maintenance of pits.
(7) Rencana biaya Reklamasi tahap Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e dihitung berdasarkan :
a. Biaya langsung, terdiri atas biaya :
1. Penatagunaan lahan.
2. Revegetasi.
3. Pencegahan & penanggulangan air asam tambang; dan
4. Pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan Pascatambang; atau
5. Pemanfaatan lubang bekas tambang.
b. Biaya tidak langsung, terdiri atas biaya :
1. Mobilisasi & demobilisasi alat;
2. Perencanaan Reklamasi;
3. Administrasi & keuntungan pihak ketiga sebagai pelaksana Reklamasi tahap Operasi Produksi;
4. Supervisi.
(7) Plan Reclamation costs of   Production Operation stage as referred to in paragraph (3) letter e is calculated by :
a. Direct costs consist of the  cost of  :
1. The administration of   land.
2. revegetation.
3. Prevention & reduction of   acid mine drainage; and
4. Civil Work appropriate Post-Mining land use; or
5. The use of   pits.
b. Indirect costs, consisting of   costs:
1. Mobilization & demobilization of tools;
2. Planning Reclamation;
3. Administration & prof it of third parties as the executor of  Reclamation of stage of Production Operation;
4. Supervision.
(8) Rencana biaya Reklamasi tahap Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) harus menutup seluruh biaya pelaksanaan Reklamasi tahap Operasi Produksi termasuk pelaksanaan Reklamasi tahap Operasi Produksi yang dilakukan oleh pihak ketiga.
(8) Plan of Reclamation costs of  Production Operation stage as referred to in paragraph (7) should cover the entire cost of the  Reclamation implementation of phase of Reclamation of Production Operation  including the implementation of stage of  Production Operation conducted by a third party.
(9) Penentuan biaya Reklamasi tahap Operasi Produksi pada periode 5 (lima) tahun pertama dihitung berdasarkan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi seluas lahan yang dibuka pada periode 5 (lima) tahun pertama untuk kegiatan Operasi Produksi.
(9) The determination of the  cost of  Reclamation of stage of Production Operation in the period of   the first 5 (five) years and  calculated based on Reclamation plan  of stage of Production Operation area of   ​​land cleared in the period of   first 5 (five) years for Production Operations.

Pasal 13
Article 13

(1) Pemegang IUP Eksplorasi & IUPK Eksplorasi wajib menyampaikan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 bersamaan dengan pengajuan permohonan IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi kepada menteri melalui Direktur Jenderal, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
(1) Holders of The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration shall submit a plan of Reclamation of stage of Production Operation as referred to in Article 12 in conjunction with the filing of   The Mining Permit of Production Operation or The Especially Mining Permit of Production Operation to the Minister through the Director General, governor or regent / mayor in accordance with their authority.
(2) Rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sesuai dengan Pedoman Penyusunan Rencana Reklamasi Tahap Operasi Produksi sebagai tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Reclamation Plan of Production Operations phase referred to in paragraph (1) shall be prepared in accordance with the Guidelines for Preparation of  Reclamation Plan of Phase of Production Operations as contained in Annex II, which is an integral part of   this regulation.

Pasal 14
Article 14

Dalam hal kegiatan Reklamasi tahap Operasi Produksi berada di laut maka rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi pada wilayah tersebut wajib disampaikan dengan memuat kegiatan yang meliputi :
a. Pengelolaan kualitas air laut;
b. Penanggulangan terhadap abrasi dan/atau pendangkalan pantai;
c. Perlindungan keanekaragaman hayati.
In the case of   reclamation activities are Production Operation stage in the sea The Reclamation Plan of stage Production Operation in the region must be submitted with a load of   activities that include :
a. Sea water quality management;
b. Counter measures against abrasion and / or silting beach;
c. The protection of   biodiversity.

Pasal 15
Article 15

Pemegang IUP Operasi Produksi & IUPK Operasi Produksi wajib menyampaikan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi periode 5 (lima) tahun berikutnya kepada menteri melalui Direktur Jenderal, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lambat 45 (empat puluh lima) hari kalender sebelum berakhirnya pelaksanaan Reklamasi tahap Operasi Produksi periode 5 (lima) tahun sebelumnya.
Holders of   The Mining Permit of Production Operation & The Especially Mining Permit of  Production Operation  shall submit a plan of Reclamation of stage of Production Operation of period of   5 (five) years subsequent to the minister through the Director-General, governor or regent / mayor in accordance with the authority within a period not later than 45 (forty five) calendar days before the expiry of the  implementation of the  Reclamation of stage of Production Operation  of period of   5 (five) years earlier.

Bagian Ketiga
Penyusunan Rencana Pascatambang
Part Three
Preparation of   Mine Closure Plans

Pasal 16
Article 16

(1) Pemegang IUP Eksplorasi & IUPK Eksplorasi wajib menyusun rencana Pascatambang berdasarkan Studi Kelayakan & Dokumen Lingkungan Hidup yang telah disetujui oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan & pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) sebagai persyaratan untuk mendapatkan IUP Operasi Produksi & IUPK Operasi Produksi.
(2) Rencana Pascatambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat :
a. Profil wilayah, meliputi :
1. Lokasi & kesampaian wilayah;
2. Kepemilikan & peruntukan lahan;
3. Rona lingkungan awal, meliputi peruntukan lahan, morfologi, air permukaan, air tanah, biologi akuatik & terestrial, serta sosial, budaya, & ekonomi sesuai dengan Dokumen Lingkungan Hidup yang telah disetujui;
4. Kegiatan lain di sekitar tambang.
b. Deskripsi kegiatan pertambangan, meliputi keadaan cadangan awal, sistem & metode penambangan, pengolahan dan/atau pemurnian, serta fasilitas penunjang.
c. Rona lingkungan akhir Pascatambang, meliputi keadaan cadangan tersisa, peruntukan lahan, morfologi, air permukaan & air tanah, biologi akuatik & terestrial, serta sosial, budaya, & ekonomi.
d. Program Pascatambang meliputi :
1. Reklamasi pada lahan bekas tambang & lahan di luar bekas tambang;
2. Pengembangan sosial, budaya, & ekonomi;
3. Pemeliharaan hasil Reklamasi; dan
4. Pemantauan.
e. Organisasi, termasuk jadwal pelaksanaan Pascatambang;
f. Kriteria keberhasilan Pascatambang, meliputi standar keberhasilan pada tapak bekas tambang, fasilitas pengolahan dan/atau pemurnian, fasilitas penunjang, & pemantauan; dan
g. Rencana biaya Pascatambang.
(3) Rencana biaya Pascatambang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hurug g dihitung berdasarkan :
a. Biaya langsung, terdiri atas biaya :
1. Pada tapak bekas tambang, terdiri atas biaya :
a). Pembongkaran;
b). Reklamasi;
c). Pengamanan semua bukaan tambang.
2. Pada fasilitas pengolahan dan/atau pemurnian, terdiri atas biaya :
a). Pembongkaran;
b). Reklamasi;
c). Pemulihan (remediasi) tanah yang terkontaminasi.
3. Pada fasilitas penunjang terdiri atas biaya :
a). Pembongkaran;
a). Demolition;
b). Reklamasi;
c). Penanganan bahan bakar minyak, pelumas, serta bahan kimia;
d) pemulihan (remediasi) tanah yang terkontaminasi.
b. Biaya tidak langsung, terdiri atas biaya : 
4. Pengembangan sosial, budaya, & ekonomi.
5. Pemeliharaan.
6. Pemantauan.
1. Mobilisasi & demobilisasi alat;
2. Perencanaan Pascatambang;
3. Administrasi & keuntungan pihak ketiga sebagai pelaksana Pascatambang; dan
4. Supervisi.
(4) Biaya pengembangan sosial, budaya, & ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a angka 4 diatur dalam rangka meningkatkan kewirausahaan setelah memasuki Pascatambang.
(5) Rencana biaya Pascatambang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus mempertimbangkan nilai uang masa depan pada saat pelaksanaan Pascatambang.
(6) Nilai uang masa depan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) mengacu pada suku bunga obligasi Pemerintah apabila mata uang dalam Rupiah atau suku bunga obligasi Dolar Amerika Serikat apabila mata uang dalam Dolar Amerika Serikat.
(7) Rencana biaya Pascatambang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus menutup seluruh biaya pelaksanaan Pascatambang yang dilakukan oleh pihak ketiga.
(1) Holders of  The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining Permit of  Exploration shall draw up a plan of Mine Closure based on the Feasibility Study & Environmental Documents which have been approved by the competent authority in accordance with the provisions of the  legislation in the field of environmental protection and management as referred to in Article 6 paragraph (1) as a requirement to obtain The Mining Permit of Production Operation and The Especially Mining Permit of Production Operation.
(2) Mine Closure Plan as referred to in paragraph (1) shall contain :
a. Prof ile of regions, include:

1. Location & accomplished territory;
2. Ownership & land use;
3. Rona (in Bahasa) in early environment, including land use, morphology, surface water, groundwater, aquatic &terrestrial biology, as well as social, cultural, & economic accordance with the Environment Document approved;
4. Other activities in the vicinity of the  mine.

b. Description of   mining activities, including the state of the  initial backup, the system & method of   mining, processing and / or purification, as well as supporting facilities.
c. Post-mining End environmental setting, covering the state of the  remaining reserves, land use, morphology, surface water & groundwater, aquatic & terrestrial biology, as well as social, cultural, & economic.

d. Mine Closure Program include:
1. Reclamation on mined land & land outside the former mine;
2. The development of  social, cultural, and economic;
3. Maintenance of the  results of   Reclamation; and
4. Monitoring.
e. Organizations, including the schedule of   implementation of   Mine Closure;
f. Post-Minins success criteria, including standard of   success on the footprint of   ex-mining, processing and / or purification facilities, supporting facilities, and monitoring; and

g. Post-Mining cost plans.
(3) Plan for Mine Closure costs referred to in paragraph (2) letter g calculated based on:
a. Direct costs consist of the  cost of  :
1. In the former mine site, consists of the  cost of  :
a). Demolition;
b). Reclamation;
c). Securing all mine openings.
2. At the processing facility and / or purification, consists of the  cost of  :
a). Demolition;
b). Reclamation;
c). Recovery (remediation) of   contaminated soil.
3. In the supporting facilities consist of   costs:

b). Reclamation;
c). Handling fuel, lubricants, and chemicals;
d) recovery (remediation) of   contaminated soil.

4. The development of   social, cultural, and economic.
5. Maintenance.
6. Monitoring.
b. Indirect costs, consisting of   costs:
1. Mobilization and demobilization of  tools;
2. Mine Closure Planning;
3. Administration and prof  it third parties as executor Mine Closure; and
4. Supervision.
(4) Cost of   social development, culture, and economy as referred to in paragraph (3) letter a number 4 is set in order to improve the entrepreneurial after entering the Mine Closure.
(5) Plan for Mine Closure costs referred to in paragraph (3) must consider the future value of   money at the time of   implementation of the  Mine Closure.
(6) The value of   future money referred to in paragraph (5) refers to the interest rates on government bonds if the currency in the amount of Rupiah or the interest rate US dollar bonds if the currency in US Dollars.

 (7) Plan for Mine Closure costs referred to in paragraph (3) should cover the entire cost of the  implementation of the  Mine Closure performed by third parties.

Pasal 17
Article 17

(1) Pemegang IUP Eksplorasi & IUPK Eksplorasi dalam menyusun rencana Pascatambang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 harus berkonsultasi dengan pemangku kepentingan.
(2) Pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :
a. Kementerian Energi & Sumber Daya Mineral, dinas teknis pemerintah provinsi, dan/atau dinas teknis pemerintah Kabupaten/kota yang membidangi pertambangan mineral & batubara;
b. Instansi terkait lainnya; dan
c. Masyarakat yang akan terkena dampak langsung akibat kegiatan usaha pertambangan.
(3) Hasil konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dibuat dalam bentuk berita acara yang ditandatangani oleh para pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(1) Holders of The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining Permit of  Exploration in Mine Closure plan referred to in Article 16 should consult with stakeholders.
(2) Stakeholders referred to in paragraph (1) shall consist of  :
a. Ministry of   Energy and Mineral Resources, the provincial government technical agencies, and / or technical services of district / municipal government in charge of   mineral and coal mining;
b. Other relevant agencies; and
c. People who will be directly affected as a result of   mining activities.
(3) The results of the  consultation referred to in paragraph (1) shall be made in an official report signed by the stakeholders as referred to in paragraph (2).

Pasal 18
Article 18

(1) Pemegang IUP Eksplorasi & IUPK Eksplorasi wajib menyampaikan rencana Pascatambang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 disertai dengan berita acara hasil konsultasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) bersamaan dengan pengajuan permohonan IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi kepada menteri melalui Direktur Jenderal, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
(1) Holders of The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration of Mine Closure shall submit a plan as referred to in Article 16, accompanied by the minutes of the  results of the  consultation referred to in Article 17 paragraph (3) and conjunction with the application for The Mining Permit of Production Operation or The Especially Mining Permit of Production Operation to the Minister through the Director General, governor or regent / mayor in accordance with their authority.
(2) Rencana Pascatambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sesuai dengan Pedoman Penyusunan Rencana Pascatambang sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Mine Closure Plan as referred to in paragraph (1) shall be prepared in accordance with the Guidelines for Mine Closure Plan as contained in Annex III which is an integral part of   this regulation.

Pasal 19
Article 19

(1) Direktur Jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya memberikan penilaian & persetujuan atas rencana Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak diterimanya rencana Reklamasi tahap Eksplorasi, tidak termasuk jumlah hari yang diperlukan untuk penyempurnaan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi.
(1) The Director General on behalf of the  minister, governor or regent / mayor in accordance with their authority provides assessment & approval of   plan of Reclamation of Exploration phase referred to in Article 11 within a period of  30 (thirty) calendar days from  receipt of   Reclamation plans of Exploration stage , not including the number of   days required for the completion of   Exploration phase Reclamation plan.
(2) Dalam hal rencana Reklamasi tahap Eksplorasi belum memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Direktur Jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mengembalikan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi kepada pemegang IUP Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi untuk disempurnakan.
(2) And the case of   Reclamation plan of Exploration stage do not meet the provisions referred to in Article 10, the Director-General on behalf of the  minister, governor or regent / mayor in accordance with the authority restore The Reclamation plan of Exploration stage to the holders of The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration to be refined.
(3) Pemegang IUP Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi wajib menyampaikan kembali rencana Reklamasi tahap Eksplorasi yang telah disempurnakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Menteri melalui Direktur Jenderal, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal pengembalian rencana Reklamasi tahap Eksplorasi.
(3) Holders of   The Mining Permit of  Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration shall submit its plan of Reclamation of Exploration stage has been enhanced as described in paragraph (2) to the Minister through the Director General, governor or regent / mayor in accordance with the authority within a maximum period of   30 (thirty ) calendar days from the date of   return of   Reclamation  plan of Exploration stage.
(4) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak diterimanya rencana Reklamasi tahap Eksplorasi, Direktur Jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya tidak memberikan saran penyempurnaan atau persetujuan, maka rencana Reklamasi tahap Eksplorasi yang disampaikan dianggap disetujui.
(4) If within thirty (30) calendar days from receipt of   Reclamation plan of Exploration stage, the Director-General on behalf of the  minister, governor or regent / mayor in accordance with the authority does not provide suggestions for improvements or approval, then the Exploration phase Reclamation plan submitted considered approved.

Pasal 20
Article 20

(1) Pemegang IUP Eksplorasi & IUPK Eksplorasi wajib melakukan perubahan atas rencana Reklamasi tahap Eksplorasi yang telah disetujui sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 apabila terjadi perubahan rencana Eksplorasi & Dokumen Lingkungan Hidup.
(1) Holders of  The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration shall make changes to the reclamation plan of Exploration stage approved as referred to in Article 19 in the event of   a change of   plan of Exploration & Environment Document.
(2) Perubahan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada menteri melalui direktur jenderal, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lambat 180 (seratus delapan puluh) hari kalender sebelum pelaksanaan Reklamasi tahap Eksplorasi periode tahun berikutnya.
(2) Changes in Reclamation plans of Exploration phase referred to in paragraph(1) shall be submitted to the minister by the director general, governor or Regent/mayor in accordance with the authority within a maximum period of   180 (one hundred eighty) calendar days prior to the implementation of the  Reclamation of phase of Exploration period next year.
(3) Direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya memberikan penilaian & persetujuan atas perubahan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak diterimanya perubahan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi, tidak termasuk jumlah hari yang diperlukan untuk penyempurnaan perubahan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi.
(3) The Director General on behalf of the  minister, governor or Regent/mayor in accordance with their authority provides assessment & approval for the change of   plan of Reclamation of Exploration phase referred to in paragraph (2) within a period of   30 (thirty) calendar days from receipt of   plan change of Reclamation of Exploration phase, not including the number of   days required for the completion of the  change of   plan of Reclamation of Exploration phase.
(4) Dalam hal perubahan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi belum memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mengembalikan perubahan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi kepada pemegang IUP Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi untuk disempurnakan.
(4) And the event of   a change of   plan of Reclamation of Exploration stage do not meet the provisions referred to in Article 10, the director general on behalf of the  minister, governor or Regent/mayor in accordance with their authority to restore plan changes of Reclamation of Exploration phase to the holders of   The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration to be refined.
(5) Pemegang IUP Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi wajib menyampaikan kembali perubahan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi yang telah disempurnakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada menteri melalui direktur jenderal, gubernur, Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal pengembalian perubahan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi.
(5) Holders of   The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration shall submit back Reclamation plan changes of Exploration stage that have been refined as referred to in paragraph (4) to the minister through the director general, governor, Regent/mayor in accordance with the authority within a maximum period of   30 (thirty ) calendar days from the date of   return on plan change of Reclamation  of Exploration phase.
6) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak diterimanya perubahan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi atau penyempurnaan perubahan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi, direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya tidak memberikan saran penyempurnaan atau persetujuan, maka perubahan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi yang disampaikan dianggap disetujui.
(6) If within thirty (30) calendar days after receipt of the  reclamation plan changes of Exploration phase or improvement of change of   plan of Reclamation of Exploration phase, the director-general on behalf of the  minister, the governor, Regent/mayor in accordance with the authority does not provide suggestions for improvements or approval, then Reclamation  plan change of the Exploration  phase submitted is considered approved.

Pasal 21
Article 21

Persetujuan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 & Pasal 20 termasuk di dalamnya penetapan besaran jaminan Reklamasi tahap Eksplorasi sesuai jangka waktu Eksplorasi dengan rincian tahunan.
Reclamation plan approval of stage of  Exploration as referred to in Article 19 & Article 20 including the determination of the  amount of   collateral of Reclamation  of Exploration phase of the  exploration period in accordance with annual details.

Paragraf 2
Penilaian & Persetujuan Rencana Reklamasi Tahap Operasi Produksi
Paragraph 2
Assessment & Approval of   Plan of   Reclamation of Phase of Production Operation 

Pasal 22
Article 22

(1) Direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya memberikan penilaian & persetujuan atas rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi diterbitkan, tidak termasuk jumlah hari yang diperlukan untuk penyempurnaan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi.
(1) The Director General on behalf of the  minister, the governor, Regent/mayor in accordance with their authority provides assessment & approval of the  plan of   Reclamation  of stage of Production Operation   as referred to in Article 13 within a period of   thirty (30) calendar days The Mining Permit of Production Operation   or The Especially Mining Permit of Production Operation   were published, not including the number of   days required for the completion of   Reclamation plan  of stage of Production Operation  .
(2) Dalam hal Rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi belum memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mengembalikan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi kepada pemegang IUP Operasi Produksi & untuk disempurnakan.
(2) And the case of   Reclamation Plan of stage of Production Operation   has not met the conditions referred to in Article 12, the director general on behalf of the  minister, governor or Regent/mayor in accordance with the authority restore Reclamation plan of stage of   Production Operation   to the holders of The Mining Permit of Production Operation   & to be refined.
(3) Pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi wajib menyampaikan kembali rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi yang telah disempurnakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada menteri melalui direktur jenderal, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal pengembalian rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi.
(3) Holders of The Mining Permit of Production Operation   or The Especially Mining Permit of Production Operation   shall submit its plan of Reclamation of stage of Production Operation   has been enhanced as described in paragraph (2) to the minister through the director general, governor or Regent/mayor in accordance with the authority within a maximum period of   30 (thirty) calendar days from the date of   return of   Reclamation  plan of stage of Production Operation.
(4) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi diterbitkan atau sejak diterimanya penyempurnaan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi, direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya tidak memberikan persetujuan atas saran penyempurnaan, maka rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi yang disampaikan dianggap disetujui.
(4) If within thirty (30) calendar days The Mining Permit of Production Operation or The Especially Mining Permit of Production Operation issued or the receipt of refinement of the Reclamation plan of stage of Production Operation, the director-general on behalf of the  minister, governor or Regent/mayor in accordance with the authority does not provide approval of   suggestions for improvements, the reclamation plan of stages of   Production Operation   submitted is considered approved.

Pasal 23
Article 23
 
(1) Pemegang IUP Operasi Produksi & IUPK Operasi Produksi wajib melakukan perubahan atas rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi yang telah disetujui sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 apabila terjadi perubahan atas,
a. Sistem & metoda penambangan;
b. Kapasitas produksi;
c. Umur tambang;
d. Tata guna lahan; dan/atau
e. Dokumen Lingkungan Hidup yang telah disetujui oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang perlindungan & pengelolaan lingkungan hidup.
(1) Holders of   The Mining Permit of Production Operation or The Especially Mining Permit of Production Operation obliged to make changes to the plan of   Reclamation of stage of Production Operation   which has been approved as referred to in Article 22 in the event of   a change over,
a. The system & method of   mining;
b. Production capacity;
c. Mine life;
d. Land use; and / or
e. Environmental documents that have been approved by the competent authority in accordance with the provisions of the  legislation in the field of environmental protection & management.
(2) Perubahan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada menteri melalui direktur jenderal, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lambat 180 (seratus delapan puluh) hari kalender sebelum pelaksanaan Reklamasi tahap Operasi Produksi tahun berikutnya.
(2) Changes in Production Operation phase Reclamation plan as referred to in paragraph (1) shall be submitted to the minister by the director general, governor or Regent/mayor in accordance with the authority within a maximum period of   180 (one hundred eighty) calendar days prior to the implementation of Reclamation of phase of Production Operation next year.
(3) Direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya memberikan penilaian & persetujuan atas perubahan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak diterimanya perubahan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi, tidak termasuk jumlah hari yang diperlukan untuk penyempurnaan perubahan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi.
(3) The Director General on behalf of the  minister, governor or Regent/mayor in accordance with their authority provides assessment & approval for the change of   plan of Reclamation of stage of Production Operation as referred to in paragraph (2) within a period of   30 (thirty) calendar days from receipt Reclamation plans change of stage of Production Operation  , not including the number of   days required for the completion of the  change of   plan of Reclamation of stage of Production Operation.
(4) Dalam hal perubahan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi belum memenuhi ketentuan sebagaimana dalam Pasal 12, direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mengembalikan perubahan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi kepada pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi untuk disempurnakan.
(4) And the event of   a change of   plan of Reclamation of stage of Production Operation   has not met the provisions of   Article 12, the director general on behalf of the  minister, governor or Regent/mayor in accordance with their authority to restore Reclamation plan changes of phase of Production Operation   to the holders of   The Mining Permit of Production Operation & The Especially Mining Permit of Production Operation to be refined.
(5) Pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi wajib menyampaikan kembali perubahan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi yang telah disempurnakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada menteri melalui Direktur Jenderal, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal pengembalian perubahan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi.
(5) Holders of   The Mining Permit of Production Operation or The Especially Mining Permit of Production Operation shall submit back Reclamation plans change of stage of Production Operation   has been enhanced as described in paragraph (4) to the Minister through the Director General, governor or Regent/mayor in accordance with the authority within a maximum period 30 (thirty) calendar days from the date of   return of   Reclamation  plan change of phase of Production Operation.
(6) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak diterimanya perubahan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi atau penyempurnaan perubahan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi, direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya tidak memberikan saran penyempurnaan atau persetujuan, maka perubahan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi yang disampaikan dianggap disetujui.
(6) If within thirty (30) calendar days from receipt of   Reclamation plans change of stage of Production Operation   or improvement of   a change of   plan of Reclamation of stage of Production Operation , the director-general on behalf of the  minister, governor or Regent/mayor in accordance with the authority does not provide suggestions for improvements or consent, then Reclamation plan change of stage of Production Operation submitted is considered approved.

Pasal 24
Article 24

Persetujuan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 & Pasal 23 termasuk di dalamnya penetapan besaran jaminan Reklamasi tahap Operasi Produksi untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dengan rincian tahunan.
Reclamation plan approval of stage of Production Operation   as referred to in Article 22 & Article 23, including the determination of the  amount of   collateral of Reclamation of stage of Production Operation   for a period of   5 (five) years with annual details.

Bagian Kedua
Penilaian & Persetujuan Rencana Pascatambang
Part Two
Assessment & Approval of Mine Closure Plan

Pasal 25
Article 25

(1) Direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya memberikan penilaian & persetujuan atas rencana Pascatambang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari kalender sejak IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi diterbitkan, tidak termasuk jumlah hari yang diperlukan untuk penyempurnaan rencana Pascatambang.
(1) The Director General on behalf of the  minister, governor or Regent/mayor in accordance with their authority provides assessment & approval of the  Mine Closure plan referred to in Article 18 within a maximum period of   60 (sixty) calendar days after the The Mining Permit of Production Operation or The Especially Mining Permit of Production Operation published, not including the number of   days required for the completion of   Mine Closure plan.
(2) Dalam hal rencana Pascatambang belum memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 & Pasal 17, direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mengembalikan rencana Pascatambang kepada pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi untuk disempurnakan.
(2) And the case of   Post-Mining plans do not meet the provisions referred to in Article 16 & Article 17, the director general on behalf of the  minister, governor or Regent/mayor in accordance with their authority returns Mine Closure plan to the holders of The Mining Permit of Production Operation   or The Especially Mining Permit of Production Operation  to be refined.
(3) Pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi wajib menyampaikan kembali rencana Pascatambang yang telah disempurnakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada menteri melalui direktur jenderal, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal pengembalian rencana Pascatambang.
(3) Holders of   The Mining Permit of Production Operation or The Especially Mining Permit of Production Operation shall submit Mine Closure plan that has been perfected as described  in paragraph (2) to the minister through the director general, governor or Regent/mayor in accordance with the authority within a maximum period of   30 (thirty ) calendar days from the date of   return Mine Closure plan.
(4) Apabila dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari kalender sejak IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi diterbitkan atau sejak diterimanya penyempurnaan rencana Pascatambang, direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya tidak memberikan saran penyempurnaan atau persetujuan, maka rencana Pascatambang yang disampaikan dianggap disetujui.
(4) If within sixty (60) calendar days The Mining Permit of Production Operation or The Especially Mining Permit of Production Operation issued or the receipt of the  improvement of Post-Mining plan, the director-general on behalf of the  minister, governor or Regent/mayor in accordance with the authority does not provide suggestions for improvements or approval, the Mine Closure plan submitted is considered approved.

Pasal 26
Article 26

(1) Pemegang IUP Operasi Produksi & IUPK Operasi Produksi wajib melakukan perubahan atas rencana Pascatambang yang telah disetujui sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 apabila terjadi perubahan rencana Reklamasi tahap Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 23.
(1) Holders of   The Mining Permit of Production Operation or The Especially Mining Permit of Production Operation obliged to make changes to the Mine Closure plan which has been approved as referred to in Article 25 in the event of   a change of   plan of Reclamation of stage of Production Operation   as referred to in Article 23.
(2) Perubahan rencana Pascatambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada menteri melalui direktur jenderal, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) tahun sebelum akhir kegiatan Penambangan.
(2) Changes in Mine Closure plan referred to in paragraph (1) shall be submitted to the minister by the director general, governor or Regent/mayor in accordance with the authority within a period of   at least 2 (two) years before the end of   mining activities.
(3) Direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya memberikan penilaian & persetujuan atas persetujuan atas perubahan rencana Pascatambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak diterimanya perubahan rencana Pascatambang, tidak termasuk jumlah hari yang diperlukan untuk penyempurnaan perubahan rencana Pascatambang.
(3) The Director General on behalf of the  minister, governor or Regent/mayor in accordance with their authority provides assessment & approval for the approval of   changes in Mine Closure plan referred to in paragraph (1) within a maximum period of   90 (ninety) calendar days from receipt of   Mine Closure plan change, not including the number of   days required for the completion of   Mine Closure plans change.
(4) Dalam hal perubahan rencana Pascatambang belum memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 & Pasal 17, direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mengembalikan perubahan rencana Pascatambang kepada pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi untuk disempurnakan.
(4) And the event of   a change of   plans of Post-Mining yet comply with the provisions referred to in Article 16 and Article 17, the director general on behalf of the  minister, governor or Regent/mayor in accordance with their authority to restore Mine Closure plan changes to the holders of   The Mining Permit of Production Operation or The Especially Mining Permit of Production Operation for enhanced.
(5) Pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi wajib mengembalikan kembali perubahan rencana Pascatambang yang telah disempurnakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada menteri melalui direktur jenderal, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal pengembalian rencana Pascatambang.
(5) Holders of The Mining Permit of Production Operation   or The Especially Mining Permit of Production Operation  obliged to return back the changes that have been refined of Mine Closure plan referred to in paragraph (4) to the minister through the director general, governor or Regent/mayor in accordance with the authority within a maximum period of   30 (three twenty) calendar days from the date of   return Mine Closure plan.
(6) Apabila dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak diterimanya perubahan rencana Pascatambang atau penyempurnaan rencana Pascatambang direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya tidak memberikan saran penyempurnaan, maka perubahan rencana Pascatambang yang disampaikan dianggap disetujui.
(6) If within ninety (90) calendar days from receipt of the  plan changes of Mine Closure or improvements of Mine Closure plan director general on behalf of the  minister, governor or Regent/mayor in accordance with the authority does not provide suggestions for improvements, the Mine Closure plan changes submitted considered approved.

Pasal 27
Article 27

Persetujuan Pascatambang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 & Pasal 26 termasuk di dalamnya penetapan besaran jaminan Pascatambang, jadwal penempatan, & jangka waktu penempatannya.
Post-Mining approval referred to in Article 25 & Article 26, including the determination of the  amount of   collateral of Mine Closure, schedule placement, & term of   placement.

Bab v
Jaminan reklamasi & jaminan pascatambang
CHAPTER V
RECLAMATION GUARANTEE & WARRANTY OF POST-MINING

Bagian Kesatu
Jaminan Reklamasi

Part One
Reclamation Guarantee

Paragraf 1
Jaminan Reklamasi Tahap Eksplorasi
Paragraph 1
Exploration Phase Reclamation Guarantee

Pasal 28
Article 28

(1) Pemegang IUP Eksplorasi & IUPK Eksplorasi wajib menyediakan Jaminan Reklamasi tahap Eksplorasi sesuai dengan penetapan besaran Jaminan Reklamasi tahap Eksplorasi oleh direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
(1) Holders of   The Mining Permit of Exploration & The Especially Mining Permit of Exploration shall provide a Reclamation Guarantee of Exploration stage in accordance with the determination of  the  amount of   Reclamation Guarantee of Exploration stage by the director general on behalf of the  minister, governor or Regent/mayor in accordance with their authority as referred to in Article 21.
(2) Jaminan Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditempatkan seluruhnya di awal sesuai dengan penentuan biaya Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (5) & dimuat di dalam rencana kerja & anggaran biaya Eksplorasi.
(2) Reclamation Guarantee of Exploration phase referred to in paragraph (1) is placed entirely at the beginning in accordance with the determination of the  cost of   Reclamation of  phase of   Exploration as referred to in Article 10 paragraph (5) & contained in the plan of work & budget of Exploration.
(3) Penempatan jaminan Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak rencana kerja & anggaran biaya tahap Eksplorasi disetujui oleh direktur jenderal atas nama menteri, gubernur, atau Bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
(3) Placement of guarantee of Reclamation of Exploration phase referred to in paragraph (2) shall be conducted at the latest within a period of   thirty (30) calendar days after the plan of work & budget of  the exploration stage approved by director general on behalf of the  minister, governor or Regent/mayor in accordance with its authority.

Pasal 29
Article 29

(1) Jaminan Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 berupa Deposito Berjangka yang ditempatkan pada bank Pemerintah di Indonesia atas nama direktur jenderal, gubernur, atau Bupati/walikota qq pemegang IUP Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi yang bersangkutan dengan jangka waktu penjaminan sesuai dengan jadwal Reklamasi tahap Eksplorasi. 
(1) Reclamation Guarantee of Exploration stage as referred to in Article 28 in the form of   Time Deposits placed in the bank at the Government of   Indonesia on behalf of the  director general, governor or Regent/may qq holders of   The Mining Permit of Exploration or The Especially Mining Permit of Exploration concerned with the period of the  guarantee in accordance with the schedule of Reclamation of Exploration stage.
(2) Jaminan Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditempatkan dalam bentuk mata uang Rupiah atau Dolar Amerika Serikat.
(2) Reclamation Guarantee of Exploration phase referred to in paragraph (1) is placed in Rupiah or US Dollar.
(3) Tata cara penempatan Jaminan Reklamasi tahap Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) The procedure for the placement of   Reclamation Guarantee  ofExploration phase referred to in paragraph (1) shall be implemented in accordance with the provisions of the  legislation.

Referensi :
Reference:
1. Kamus Istilah Tambang, Peraturan Menteri Energi & Sumber Daya Mineral Nomor : 07 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Reklamasi & Pascatambang pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral & Batubara, Direktorat Jenderal Mineral & Batubara, Direktorat Teknik & Lingkungan Mineral & Batubara.
1. Dictionary of   Terms of Mines, the Minister of   Energy and Mineral Resources Number 07 Year 2014 on the Implementation of   Reclamation & Mine Closure on Mining Business Activities of   Mineral and Coal, Directorate General of   Mineral and Coal, Directorate of Engineering & Environment of Mineral & Coal.
2. Google Translate.

 
Roburan Lombang, 01 Maret 2015
Roburan Lombang, March 01st, 2015

        

    

      

 

 

   

        

       

   

UNTUK KE-GUBERNUR-AN SUMATERA UTARA, TEKNIK PERTAMBANGAN UM (UNIVERSITAS MANDAILING), KUM S3 MET 09 SEPTEMBER 2445 M (KULIAH UMUM SABTU SORE SEPANJANG MASA ELECTRONIC TELECONFERENCE 09 SEPTEMBER 2445 MASEHI)

  https://www.youtube.com/@agussalimnasutionmandailing2/videos EVOLUSI PENDIDIKAN LOKAL MANDAILING  UNTUK RENTANGAN TAHUN 2445 - 2024  =  42...